The White Tiger: Potret Gelap India

931 kali dibaca

Membicarakan film India adalah menceritakan ulang ⸻sembari sesekali beropini⸻ tentang dua sejoli yang jatuh hati, saling menari dengan penari latar puluhan orang, saling bernyanyi dalam adegan-adegan tertentu, hingga saling berkejaran di antara cela pepohonan.

Gambaran seperti ini telanjur melekat dalam pandangan masyarakat penikmat film. Namun film India kali ini berbeda. Film yang disutradarai oleh Ramin Bahrani ini seolah hendak membongkar pandangan umum tentang film India selama ini. Film India juga bisa kritis, realistis, sekaligus humoris. Satu kalimat yang bisa mewakili film The White Tiger ini adalah berhasil membawa film India “naik kelas”.

Advertisements

India dalam Ironi

Secara garis besar, The White Tiger bercerita tentang perjalanan lelaki miskin bernama Balram Halwai yang ingin menaikkan derajat sosialnya ⸻yang ujung-ujungnya jalan menuju kaya bagi orang miskin hanya dua: bermain politik atau melakukan tindak kriminal.

Memanfaatkan alur kisah tokoh Balram, pelan-pelan tapi pasti, pola kontradiktif India mulai diurai satu per satu. Sebagai negara demokrasi terbesar, India malah diceritakan sebagai negara yang masih kental melakukan diskriminasi lewat tradisi sistem kasta.

Cerita seperti ini jelas sangat bertolak belakang dengan yang disampaikan oleh Mike Abramowitz, Presiden Freedom House, bahwa India merupakan satu di antara negara dengan demokrasi terbesar sekaligus paling berpengaruh di dunia.

Sebuah negara yang menganut paham demokrasi, secara ironis digambarkan sebagai negara dengan cerita para tuan tanah yang meminta jatah sebanyak sepertiga penghasilan dari para rakyat miskin; cerita para penduduk yang mengidap sakit parah dan akan tiba di rumah sakit dengan waktu tempuh 48 jam⸻sebuah cara yang cukup efektif untuk segera mengakhiri rasa sakitnya; dan cerita tentang seorang sopir pribadi (yang telah bertahun-tahun mengabdi untuk tokoh Ashok) yang harus menyembunyikan nama dan agama aslinya demi tetap mendapatkan pekerjaannya karena ayah Ashok hanya mau mempekerjakan orang-orang yang seagama dan sekeyakinan dengannya.

Tak berhenti cukup sampai di situ, tokoh Balram dipaksa harus patuh terhadap sistem kasta yang mengikat kebebasan, yakni harus selalu menempatkan majikan selaiknya orang tua yang wajib dipatuhi semua perintahnya. Puncaknya, Balram dipaksa untuk mengakui hal yang tidak pernah dilakukannya.

Sebagai seorang pelayan, Balram tak diberikan pilihan kecuali hanya sebuah anggukan. Balram harus menandatangani sebuah pernyataan atas perbuatan yang tak pernah dilakukan. Keluarga majikannya hanya cukup mengeluarkan kalimat: Bukankah kita saudara kan, Balram? ⸻memang benar, majikan menganggap pelayannya saudara ketika ada kepentingan dan akan selalu seperti itu.

Dekonstruksi Arti Mencuri

Di pengujung kisah, Balram memang mencuri uang tuannya, namun Balram memaknainya dengan cara menolak pemahaman umum. Balram merobohkan pemahaman umum, lalu memunculkan makna yang selama ini terpinggirkan, yakni mencuri uang kaum elite pada dasarnya membantu mereka untuk mengembalikan hak rakyat yang telah mereka ambil. Sebab itu, majikan Balram seharusnya berterima kasih kepada Balram karena telah menunaikan tugas yang tak akan pernah bisa dilakukan oleh sang majikan.

Itulah Balram Halwai yang dijadikan simbol metaforis sebagai sosok harimau putih, hewan paling langka di hutan yang hanya muncul sekali dalam satu generasi. Sama langkanya dengan seorang anak miskin yang bermimpi menjadi orang kaya pada suatu saat nanti. Sebagaimana yang telah disebutkan sejak awal: bagi orang miskin, hanya ada dua jalan untuk menjadi orang kaya. Dua hal itu adalah terjun ke dunia politik atau melakukan kejahatan. Kalian memilih yang mana?

Begitulah perubahan wajah film India, kini.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan