Teknologi Baru dan Ketakutan Kita

Pernahkah kita merasa takut, penasaran, dan akhirnya justru menjadi begitu akrab dengan teknologi baru? Misalnya, saat pertama kali mendengar tentang kecerdasan buatan (AI), mungkin muncul kekhawatiran: apakah ini akan menggantikan pekerjaan manusia? Apakah generasi mendatang tidak perlu lagi belajar karena semuanya bisa dikerjakan oleh mesin?

Namun seiring waktu, kita mulai mencobanya—mengetik beberapa baris perintah, bermain dengan chatbot, atau menyunting gambar menggunakan AI. Tanpa disadari, teknologi itu menjadi bagian dari rutinitas. Dan ternyata, pola ini telah berulang sepanjang sejarah peradaban manusia.

Advertisements

Secara psikologis, manusia memiliki kecenderungan yang cukup konsisten dalam menyikapi kemunculan teknologi: takut terlebih dahulu, penasaran kemudian, dan akhirnya menyesuaikan diri hingga merasa nyaman. Ketika Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada abad ke-15, sebagian kalangan—terutama yang memegang otoritas pengetahuan—menganggapnya sebagai ancaman.

Buku yang sebelumnya dikendalikan secara terbatas kini dapat diakses lebih luas. Ketakutan itu muncul karena perubahan tersebut mengguncang tatanan yang telah mapan. Namun beberapa dekade kemudian, justru teknologi inilah yang mendorong lahirnya era pencerahan. Mesin cetak dikenang sebagai tonggak penting dalam sejarah intelektual umat manusia.

Hal serupa terjadi pada masa revolusi industri. Ketika mesin-mesin mulai menggantikan tenaga manusia, keresahan pun meluas. Muncul gerakan-gerakan perlawanan seperti Luddite di Inggris—sekelompok pekerja yang menghancurkan mesin-mesin karena khawatir kehilangan pekerjaan. Reaksi tersebut cukup wajar.

Perubahan besar memang sering kali memicu kecemasan kolektif. Namun setelah melalui masa transisi, masyarakat mulai menemukan cara baru untuk hidup berdampingan dengan teknologi. Mesin tidak lagi dilihat sebagai musuh, melainkan sebagai alat bantu yang mempercepat produksi, meningkatkan efisiensi, dan membuka peluang-peluang baru dalam struktur sosial dan ekonomi.

Kita menyaksikan bagaimana masyarakat terus-menerus terkejut, takjub, lalu perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan teknologi baru. Dari penemuan mesin cetak, listrik, radio, internet, hingga artificial intelligence hari ini, semua muncul membawa ketegangan dan harapan dalam satu waktu yang sama. Proses ini bukan hal baru, dan reaksi emosional manusia terhadap teknologi selalu mengikuti pola yang bisa ditelusuri.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan