Simposium Internasional Jalur Rempah: Kosmopolitanisme Bangsa Nusantara

1,205 kali dibaca

Ada indikasi bangsa Nusantara adalah bangsa yang kosmopolit. Beberapa abad sebelum Masehi, bangasa Nusantara dikenal sebagai bangsa yang sudah berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk berdagang. Komoditas perdagangan utama bangsa Nusantara adalah rempah, yang memang sangat dubutuhkan oleh masyarakat dunia. Pada saat itu India merupakan pelabuhan transit bangsa Nusantara sebelum menyebarkan rempah ke kawasan Arab. Wheathly menyebutkan, kontak antara India dengan Nusantara sudah terjadi sejak abad ke-3 SM. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh kebudayaan India ke Nusantara, di antaranya sastra dengan bahasa Sangskerta dan Tamil serta penggunaan Kalender Saka.

J.J. Miller (1969) menyebut pada awal abad pertama Masehi, beberapa pelaut Nusantara telah mengangkut cengkih dari Maluku ke India, untuk selanjutnya diedarkan ke Arab: Jeddah, Muskat, atau Aqaba. Dari Arab kemudian cengkih asal Maluku ini dibawa masuk ke pasar Eropa melalui pesisir pantai Meditarnia; Marseillers, Barcelona, dan Ragusa. Jalur penyebaran perdagangan rempah, baik yang dilakukan oleh bangsa Nusantara maupun bangsa lain ke Nusantara, inilah yang disebut dengan Jalur Rempah.

Advertisements

Selain ke kawasan India dan Arab, jalur rempah Nusantara ini juga menyebar ke China. Penyebaran rempah ke China ini telah terjadi pada abad ke-2 SM, yaitu pada masa dinasti Han (220-2006 SM). Pada era ini cengkih digunakan sebagai penyegar napas bagi orang-orang yang akan bertemu kaisar di istana (Turner, 2011; xxvi). Ini artinya bangsa Nusantara telah mampu melakukan pelayaran ke China untuk melakukan hubungan dagang jauh sebelum bangsa China datang ke Nusantara. Hubungan dagang ini semakin intens saat dibuka pelayaran langsung melalui laut China Selatan. Menurut Wolters, pelayaran langsung antara Nusantara dan China melalui Laut China Selatan ini terjadi pada abad ke-3 M.

Kosmopolitanisme bangsa Nusantara melalui jalur rempah ini juga terlihat dalam catatan Arab yang bersumber dari Ibn Khusdadhbih (850 M) dan naskah Mukhtasar al-Aja’ib (1000M). Menurut catatan Arab yang dikutip Tibberts (1979; 29) dan Lape (2000; 51) ini, rempah-rempah yang diperdagangkan di kawasan Arab dan menyebar ke Eropa berasal dari suatu daerah yang menempuh perjalanan selama 15 hari pelayaran dari Pulau Jaba (Jawa). Diasumsikan daerah ini adalah kawasan Kepulauan Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pada abad pertama, beberapa orang muslim Arab sudah datang ke Nusantara.

Interaksi antara umat Islam dari Arab dengan bangsa Nusantara ini juga tertulis dalam literatur Arab kuno berjudul al-Aja’ib al-Hind yang ditulis oleh Buzurgh bin Syahriyar al-Ramuhurmuzy pada 1000 M. Naskah ini memberikan gambaran adanya perkampungan Muslim di wilayah kerajaan Sriwijaya. Hubungan antara Arab dan Sriwijaya ini juga disebutkan dalam naskah al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Al-Rabbih. Dalam kitab yang dikutip oleh Azumardi Azra (2004) ini disebut adanya korespondensi antara Raja Sriwijaya saat itu, Sri Indravarman dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Daulat Bani Umayyah. Hubungan diplomatik melalui surat menyurat ini diperkirakan terjadi pada 918.

Salah satu surat Sri Indravarman menyebutkan tentang keindahan bumi Nusantara yang ditumbuhi banyak pepohonan dengan sungai-sungai yang mengalir air jernih dan berbagai macam jenis hewan. Di bumi Nusantara tumbuh pohon gaharu, bumbu wewangian, pala, dan kapur barus yang semerbak wanginya terciun hingga jauh. Dalam surat itu juga disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mengirim hadiah kepada Khalifah sebagai tanda persahabatan serta permohonan agar sang Khalifah mengirim seorang yang dapat mengajarkan Islam dan menjelaskan hukum-hukum Islam kepada sang raja. Surat raja Sriwijaya ini ditemukan dalam arsip Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umary. Dua surat Raja Sriwijaya ini juga ada dalam kitab Al-Hayawan karya Abu Ustman Amr Ibn Bahr Al-Qinanih Al-Fuqaymih Al-Basri atau dikenal dengan al-Jahiz yang dikutip oleh Azumardi Azra (2004).

Data-data ini menunjukkan bahwa rempah tidak tidak hanya membuka jalur perdagangan bangsa Nusantara ke kawasan India, Arab, dan China, tetapi juga menjadi sarana diplomasi antara bangsa Nusantara (Sriwijaya) dengan bangsa Arab (Khalifah Bani Umayyah). Berkat rempah bangsa Nusantara telah manjadi bangsa yang kosmopolit.

Melalui jalur rempah ini terbangun relasi antara bangsa Nusantara dengan bangsa India, Arab, dan China. Relasi ini tidak hanya bersifat ekonomi (perdagangan), tetapi juga kultural dan spiritual. Sayangnya penelitian mengenai jaringan intelektual dan spiritual Nusantara di jalur rempah ini belum benyak diteliti dan diperbincanagan oleh para akademisi.

Sejarah tentang perdagangan di Nusantara sudah banyak diteliti dan ditulis oleh para ahli seperti Anthony Reid (1993), J.C. Van Leur (1983), M.A.P Meilink Roelofsz (1962. 2016), B. J. O Schieke (1955, 1960), dan lain-lain. Namun beberapa tulisan tersebut masih menunjukkan Nusantara sebagai kawasan perdagangan yang didatangi oleh bangsa lain dan rata-rata terjadi di atas abad ke 13. Sedangkan, penelitian mengenai penjelajahan bangasa Nusantara untuk menjajakan rempah sehingga terbentuk jalur rempah dunia belum banyak diteliti.

Atas dasar ini maka Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Islam Nusantara Indnesia (UNISIA) Jakarta, akan menyelenggarakan Simposium Internasional bertema “Komopolitansme Islam Nusantara; Jaringan Intelektual dan Spiritual di Jalur Rempah”. Simposim ini bertujuan, di antaranya menggali data sejarah untuk melihat jejaring intelektual dan spiritual Nusantara dan Islam dengan melihat peran jalur rempah atas terbentuknya jejaring tersebut. Juga melacak jejak jalur rempah Nusantara melalui analisa naskah-naskah karya penulis Timur Tengah dan Eropa mengenai rempah-rempah Nusantara.

Ada sembilan subtema yang akan dibahas dalam simposium ini, di antaranaya Perempuan di Jalur Rempah; Aktor-aktor dalam Jaringan Intelektual dan Spiritual Nusantara; Naskah Rempah Nusantara di Eropa dan Timur Tengah; Pelabuhan dan Muara Sungai Nadi Jalur Rempah; Penyebaran Pesan Suci: Pola Perubaha Pendidikan Islam; Negosiasi Budaya dan Manuskrip di Jalur Rempah; Membangun Metodologi Kreatif dalam Ilmu Sosial Humaniora, dan bebeapa tema lain.

Para nara sumber yang akan hadir dalam Simpisium Internasional ini di antara Prof. Dr. R. Michael Feener, Prof. Dr. Azumardi Azra, MA, CBE, Prof. Hilmar Farid, Prof. Peter Carey, Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M. Hum, Dr. Elaine Van Dalen, Prof. Dr. Susanto Zuhdi, MA dan Drs. Sonny Chr. Wibisono, MA, DEA.

Dalam simposium internasional ini, panitia membuka kesempatan bagi para peneliti, akademisi, maupun komunitas untuk mengirim abstrak hasil penelitian atau artikel ke panitia. Abstrak yang masuk ke panitia akan diseleksi oleh tim ahli. Bagi yang lolos akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan artikel, proposal, maupun hasil penelitian di forum simposium tersebut.

Event simposium internsional ini akan dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus secara hybrid (daring dan lurung). Simposium ini merupakan kerja sama antara FIN UNUSIA Jakarta dengan Ditjen Kebudayaan Kementrian Dikbudristek RI yang didukung oleh lima aosiasi profesi, yaitu Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasaa), Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).

Multi-Page

Tinggalkan Balasan