Santri Milenial dan Peradaban Baru

2,385 kali dibaca

Sejarah telah mencatat peran santri dalam mengabdikan diri bagi umat dan bangsa sejak periode penjajahan sampai periode kemerdekaan dan hari ini. Dengan pengabdiannya, santri telah mampu mewarnai berbagai dinamika kehidupan berbangsa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dinamika kehidupan berbangsa kian mengalami perubahan, salah satunya disebabkan cepatnya arus informasi melalui berbagai macam media yang berbasis kemukthahiran teknologi.

Begitupun dengan fenomena santri saat ini yang juga tidak terlepas dari pengaruh media dan informasi. Era digital yang kian memudahkan lalu lintas informasi juga turut memengaruhi pola pikir dan tingkah laku santri. Perilaku-perilaku seperti cara berpakaian, musik favorit, kisah asmara, sampai kepada way of life santri mengalami berbagai macam perubahan. Perubahan ini tentu dapat bernilai negatif maupun positif, tergantung bagaimana santri dapat memfilter dampak yang terjadi serta keteguhannya untuk tidak meninggalkan identitasnya sebagai santri.

Advertisements

Santri saat ini, atau istilah kerenya adalah santri zaman now, adalah bagian dari generasi milenial yang tentunya tidak terlepas dari karakteristik generasi milenial itu sendiri. Menurut Hassanudin Ali dan Lilik Purwandi, dalam bukunya yang berjudul Millenial Nusantara, yang dimaksud dengan generasi milenial adalah generasi yang dilahirkan pada tahun 1981-2000. Dalam kontek ini, milenial adalah istilah cohort (kohor).

Sebagai generasi yang lahir dalam kurun tertentu, dalam Millenial Nusantara dijelaskan bahwa setidaknya ada tiga karakteristik yang dimiliki generasi milenial, yaitu confidence (percaya diri) creative (karya akan ide dan gagasan), dan connected (pandai bersosialisasi dalam berbagai komunitas). Karakteristik ini yang tentu juga dimiliki oleh santri zaman now sebagai bagian dari santri milenial.

Di permulaan saat ini, nampaknya ada beberapa hal yang menarik untuk diperbincangkan juga kemudian perlu dipersiapkan. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan diri agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia di era milenial ini?

Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan santri dalam mempersiapkan diri agar bisa menjadi pelaku sejarah serta pelopor kemajuan peradaban di Indonesia berdasarkan realitas yang ada. Pertama, santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar kritis dalam menyikapi setiap persoalan yang ada.

Dalam konteks ini, keilmuan santri harus mampu menyesuaikan dengan keadaan zaman, sehingga tidak lagi dibatasi dengan dikotomi antara keilmuan dunia dan keilmuan akhirat. Santri harus bisa menguasai berbagai bidang keilmuan yang mampu mengantarkan kemenangan di dunia dan akhirat.

Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengutip sebuah hadits yang mengatakan bahwa: “Sesungguhnya kalian berada di zaman fuqaha (ahli ilmu), ahli baca al-Quran, dan ahli pidato. Maka amal pada zaman ini lebih baik dari pada ilmu. Dan akan datang kepada manusia zaman di mana sedikit fuqaha, banyak qurra, dan khutoba. Maka, ilmu pada zaman ini lebih baik dari pada amal.”

Boleh jadi, di era sekarang ini, memang menjadi suatu keniscayaan bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran yang sangat penting, dan tentunya harus diimbangi juga dengan amal perbuatan.

Kedua, santri harus mempersiapkan diri agar memiliki entrepreneur skill yang mumpuni dan tampil dalam melihat peluang bisnis yang sangat besar. Menjamurnya start up bisnis dari kalangan pemuda harusnya direspons juga dengan sigap oleh kalangan santri. Santri zaman now tidak cukup hanya berbekal ilmu pengetahuan, tetapi juga harus sukses juga dalam bidang entrepreneur.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh langsung untuk kita teladani. Di zamannya, Nabi merupakan sosok pebisnis yang sukses. Kesungguhanya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah mencapai kondisi yang mandiri secara finansial di usia muda. Keteladanan inilah yang harus dicontoh oleh santri saat ini. Kemandirian ekonomi harus dirintis dan diperjuangkan dari sejak muda. Maka sudah sepatutnya santri tidak hanya belajar membaca dan menghafal kitab. Lebih dari itu, santri harus bisa mengaktualisasikannya. Dengan begitu, ada harapan besar santri juga bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Ketiga, di era milenial ini santri harus bisa berdiri di atas keteguhan dan keistikomahan dalam memegang prinsip dan karakteristik santri. Maraknya kenakalan remaja, kasus kriminal, dan merosotnya moral para pelajar di Indonesia yang diakibatkan kurangnya pendidikan berbasis karakter seharusnya tidak dialami oleh santri.

Inilah yang terpenting bagi seorang santri di era milenial ini. Tetap teguh dan istikomah dengan karakter kesantriannya di tengah godaan dan perang budaya transnasional. Dengan kecerdasan intelektual yang tinggi, entrepreneur skill yang mumpuni, berintegritas, serta berakhlak mulia, bukan tidak mungkin santri milenial akan menjadi pelopor kemajuan peradaban baru Indonesia di masa depan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan