Santri dan Riset

62 views

Saya beruntung bisa hadir dalam rangkaian kegiatan pelatihan penulisan kreatif dan jurnalistik di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya, Kamis-Jumat (29-30/5/2025) lalu.

Saya kebagian mengisi materi tentang metodologi riset di hari kedua, setelah materi penulisan cerpen yang disampaikan sastrawan Putu Fajar Arcana. Di hari pertama, peserta memperoleh materi penulisan opini dan dasar-dasar jurnalistik yang disampaikan Redaktur Kompas Hilmi Faiq dan Mukhlisin Ashar dari jejaring duniasantri.

Advertisements

Merupakan tantangan tersendiri bagi saya, bagaimana membicarakan metodologi penelitian di hadapan para santri yang notabene lebih bergelut dengan khazanah ilmu-ilmu agama, yang secara umum menggunakan kajian berbasis teks, khususnya kitab-kitab klasik. Untuk itu saya memutuskan untuk menjadikan sesi pelatihan sebagai “perkenalan”, dalam arti tidak fokus kepada detail-detail metodenya, melainkan memberi gambaran mengenai dunia penelitian itu sendiri, khususnya melalui kacamata ilmu sosial yang memusatkan kajiannya pada dinamika sosio-kultural masyarakat.

Menurut hemat saya, pada akhirnya santri harus mengenal metode penelitian juga. Mau tidak mau, pada era digital dan kompleksitas kehidupan modern yang semakin rumit, santri sedikit-banyak perlu dibekali kemampuan bermetode, dalam arti meneropong realitas sosio-kultural masyarakat melalui kacamata ilmiah.

Dengan keyakinan inilah, saya merangkai sesi pelatihan yang berfokus pada metode kualitatif, yakni melalui wawancara dan pengamatan. Saya mencoba menjelaskan prosedur-prosedur penelitian ilmiah sebagai suatu proses metodologis, dalam rangka mendapatkan data yang valid, reliable, dan berkualitas.

Alhamdulillah, responnya cukup baik. Para peserta terlihat antusias dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dibuka melalui berbagai teknik penelitian kualitatif. Hak itu nantinya saya harapkan dapat memberi keyakinan bagi mereka untuk tidak takut atau ragu-ragu dalam mengembangkan penelitian sendiri.

Dunia penelitian bukan dunia yang “menyeramkan” atau “misterius”, yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang “pilihan”. Tidak. Dunia penelitian sesungguhnya dunia yang biasa-biasa saja, sewajar kita menjalani hidup sehari-hari. Metode penelitian bukan aturan-aturan yang harus “disembah”, melainkan sekadar penuntun bagi kita untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari penelitian itu sendiri. Meski buku-buku metodologi (dan kelas-kelas metodologi di kampus) memang terlihat pelik, jelimet, dan cukup memusingkan, dalam praktiknya penelitian adalah kegiatan yang “normal” saja dalam dunia akademik.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan