Santri dan Dunia Teknologi

904 kali dibaca

Pada hari Senin (2/11/2020), saya membaca harian Radar Madura edisi Rabu (21/10/2020) yang memuat kegiatan Hari Santri 2020. Sebuah berita membanggakan terkait kiprah santri atau alumni pesantren tersaji di halaman depan harian tersebut.

Membanggakan, cerdas, dan intelek. Itulah gambaran sosok Abdur Rahman, alumni Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangakalan di harian tersebut. Ia menciptakan sebuah aplikasi Tabungan Elektronik. Santri yang memang menyukai TI sejak masih aktif di pesantren ini tidak saja menciptakan aplikasi yang memudahkan para santri dan orang tua, tetapi juga sebagai founder PT Lintas Asia Wisata yang masih terkait erat dengan Teknologi Informasi (TI).

Advertisements

Pemanfaatan teknologi oleh santri dan lembaganya bukan hanya dilakukan oleh Abdur Rahman dari Pedantren Nurul Cholil, Bangkalan Madura, itu. Tetapi, lembaga-lembaga pesantren lainnya sudah merambah dunia Internet, karena sarana ini memberikan banyak kemudahan dalam melakukan aktivitas. Seperti yang dilakukan oleh SIMAC (Santri Millenial Center) dengan gagasannya, Gerakan Santri Usahawan (GUS IWAN), yang merupakan salah satu bentuk nyata dalam mencermati adanya teknologi. Platform ini kemudian mengeluarkan sebuah aplikasi, Kopi Abah, yang bergerak di bidang dunia usaha elektronik.

“Peran santri dalam pembangunan ekonomi harus dikelola dengan baik,” kata Kiai Ma’ruf Amin saat Launching Aplikasi Kopi Abah & Coffee Moving di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (9/10/2019).

Bagi seorang santri, dunia teknologi bukan sesuatu yang awam. Karena pada saat ini, teknologi informasi sudah menjadi keseharian. Di Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura, kehadiran santri di masjid untuk salat jamaah pun sudah menggunakan finger pin. Hal ini akan lebih memudahkan pengurus dan pengasuh untuk memantau kehadiran santri dalam salat jamaah. Apalagi hal-hal terkait informasi dan komunikasi, sudah menjadi kebiasaan meskipun digunakan dalam pantauan dan terbatas. Hal ini untuk menghindari kesempatan bagi santri untuk mengakses hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Teknologi dalam Makna

Menurut The Meriam Webster Dictionary, “teknologi informasi (TI) adalah teknologi yang melibatkan perkembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sistem komputer, perangkat lunak (software), dan berbagai jaringan untuk memproses dan distribusi data.” (The Merriam-Webster English Dictionary, Revised edition, 2004).

Dalam penjelasan yang lebih lengkap, TI adalah manajemen teknologi yang meliputi bidang yang lebih luas, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal seperti pemrosesan data, perangkat lunak komputer (software), sistem informasi, perangkat keras komputer (hardware), bahasa pemrograman, dan konstruksi data. Singkatnya, segala sesuatu yang memproses data, informasi atau yang dianggap pengetahuan dalam format visual apapun, dianggap bagian dari ilmu Teknologi Informasi (TI). (wikipedia).

Secara umum, teknologi informasi adalah sebuah sarana yang dapat dijadikan alat dalam mempermudah kerja manusia. Oleh karen itu, seharusnya kita sebagai santri memanfaatkan alat ini untuk kemanfaatan. Sebab bukan tidak mungkin, jika terjadi penyalahgunaan, sarana TI yang seharusnya bermanfaat akan menjadi mudharat. Tergantung kepada masing-masing individu, bagaimana memanfaatkannya semaksimal mungkin, tanpa mencari celah untuk dijadikan sarana yang bernilai negatif.

Makna umum sebagai alat dalam melakukan berbagai kerja, maka TI termasuk alat yang harus kita kuasai. Termasuk santri, merupakan keharusan untuk menguasai teknologi ini agar dalam medio industri 4.0 tidak ketinggalan informasi. Tetapi harus disadari, bahwa setiap sarana terdapat nilai positif dan negatif. Untuk bisa memaksimalkan nilai positif dan menghindari nilai negative,  santri harus mempunyai landasan keimanan yang kuat, dan diproyeksikan dapat memanfaatkan TI dengan sebaik mungkin.

Santri dan Teknologi

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Sebagaimana yang telah disinggung di awal paragraf, bahwa tidak sedikit santri (sebagai pencari ilmu) yang telah berkontribusi dalam dunia teknologi. Maka sebagai santri melineal tidak boleh kalah dengan akademisi lainnya. “Fastabiqul khairat” (berlomba-lomba dalam kemaslahatan), termasuk di dalam dunia teknologi. Santri yang hebat dapat membuat TI berdaya guna atau berfungsi untuk kepentingan kemanusiaan.

Santri, yang berciri peci dan sarung ini, tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab santri dapat bersaing dengan lembaga lain di dalam segala bidang persoalan. Santri harus berjuang demi kemajuan ilmu pengetahuan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam al-Quran, Allah berfirman, “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.” (QS. Al-Isra: 7). Dalam hadits, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ Nomor:3289).

Santri harus punya komitmen dan semangat untuk menguasai teknologi. Sebab pada era ini, siapa yang menguasai teknologi, ia akan menguasai dunia. Artinya, dengan memanfaatkan teknologi informasi, seorang santri tidak akan gagap ketika berkiprah di tengah masyarakat. Mereka mampu beradaptasi serta memberikan nilai kebaikan, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Menguasai TI pada saat ini akan memberikan dampak baik yang signifikan jika dikelola dalam rangka kemaslahatan umat.

Memanfaatkan Media Teknologi

Tidak jarang kita dapati orang-orang yang hanya bermain-main dengan Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Bermain-main dengan media social kemanfaatannya hanya terbatas pada diri sendiri (sebagai refreshing, misalnya). Berbeda kalau kita, termasuk santri, memanfaatkan (bukan memainkan) media sosial sebagai bagian dari teknologi. Oleh karen itu, kita sebagai santri harus memanfaatkan media (TI) agar berdaya guna atau bermanfaatkan dalam kehidupan. Jangan sampai terjadi, kita (para santri) dimanfaatkan media sehingga kita terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Dihancurkan oleh media, karena telah dipermainkan oleh media itu sendiri dengan caranya sendiri. Seperti terjadinya kecanduan games yang akan berdampak mudharat baik secafa fisik maupun mental.

Teknologi bagaikan sebilah pisau. Jika pisau itu digunakan untuk memotong sayur dan sebagainya, maka akan bernilai manfaat. Sebaliknya, jika digunakan untuk melukai seseorang (tidak bersalah), maka keberadaan pisau itu menimbulkan problematik. Sama dengan Internet, media sosial, dan teknologi informasi lainnya, jika dimanfaatkan demi kepentingan umat, maka media tersebut akan bernilai positif. Sebaliknya, jika digunakan untuk hal-hal negatif (umtuk menipu, misalnya), maka media ini akan menuai negatif. Kita harus bijak dalam menggunakan teknologi, agar nilai kemanfaatannya dapat dirasakan oleh banyak orang.

Mari kita manfaatkan teknologi. Memanfaatkan teknologi akan membawa kita, para santri, ke arah yang lebih baik. Kebaikan dan kemanfaatan merupakan tujuan kita hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Termasuk, memanfaatkan media teknologi adalah seperti yang dilakukan oleh Pesantren Al-Khoirot, dengan memaksimalkan website dan email. Lembaga tersebut membuat website, www.alkhoirot.com, sebagai wadah santri dan para ustadz untuk menuangkan pikirannya. Program “Santri Menulis dan Berkarya” adalah bagian dari sarana untuk membuat karya tulis. Selain itu, Pesantren Al-Khoirot juga membuat penerbitan cetak sebagai wadah bagi santri untuk berkreasi dan berekspresi.

Teknologi Syari

Namun, perlu diperhatikan bahwa teknologi yang kita kelola harus tetap bersandar pada syariat Islam. Pada dasarnya, TI adalah sesuatu yang bersih dan suci. Namun, apabila teknologi tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dan apalagi menipu, maka yang terjadi adalah keharaman. Sebagai santri yang berkelindan di dalam hukum syara, wajib menghindari perbuatan yang menyesatkan, termasuk penggunaan TI.

Sebenarnya, tidak sedikit amalan dunia yang bernilai akhirat, sebagaimana amalan akhirat yang dinilai sebagai amalan dunia. Hal ini tergantung kepada niat dan tujuannya. Termasuk juga dalam pemanfaatan teknologi. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah, “Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi sebagian amal-amal akhirat dengan baiknya niat. Dan banyak amal perbuatan yang berbentuk amal akhirat, lalu menjadi sebagian amal-amal dunia dengan buruknya niat.”

Teknologi syari dimaksudkan sebagai pemanfaatan sarana ini berlandaskan hukum Islam. Dalam syariat Islam, tidak boleh terjadi penipuan dan merugikan pihak lain. Jika ini terjadi, maka nilai kemanfaatan teknologi akan hilang dan menjadi mudharat. Hal yang seperti ini harus dihindari. Apalagi sebagai seorang santri yang sudah paham akan hukum syariat, maka menghindari keburukan dalam menggunakan TI adalah keniscayaan.

Al muhafadzatu ‘alal qadimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah” (mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik). Teknologi Informasi termasuk dalam “jadidil ashlah”, yaitu sesuatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat. Maka boleh digunakan demi kemaslahatan atau kebaikan umat. Wallahu A’lam!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan