Sanad Keilmuan Kiai Annuqayah Diseminarkan

1,452 kali dibaca

 

Divisi Pendidikan dan Dakwah, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Annuqayah (IAA), pada hari ini, Sabtu, 2 Juli 2022, mengadakan seminar kepesantrenan dengan tema “Menggali Sanad Pendidikan dan Keilmuan Kiai Annuqayah.” Acara yang dihadiri ole alumni Pesantren Annuqayah dan sebagian santri aktif, bertempat di Aula INSTIKA, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Bertindak sebagai nara sumber pada acara seminar ini adalah KH Muhammad Muhsin Amir, salah satu pengasuh Pesantren Annuqayah daerah Al-Amir. Sedangkan sebagai pembanding atau pemateri kedua, adalah Kiai M. Faizi, penyair dan pengasuh pesantren Annuqayah daerah Al-Furqon, Sabajarin. Bertindak sebagai moderator adalah Dr. Fathol Haliq, S.Ag., M.Si, salah satu alumni Annuqayah dan sekarang aktif sebagai Guru Besar di IAIN Madura, program studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam.

Advertisements

Acara seminar ini juga dapat diikuti melalui zoom meeting, sehingga alumni yang tidak berkesempatan hadir di lokasi seminar dapat mengikuti acara ini melalui aplikasi video conference. Diharapkan seminar ini menjangkau yang tidak dapat diraih demi membangun tali silaturahmi dan ngalap berkah serta menambah wawasan pengetahuan.

Sanad, di dalam ilmu Musthalah Hadis dijelaskan sebagai orang yang membawa muatan Hadis dari satu thabaqat (tingkatan) ke thabaqat berikutnya. Pentingnya posisi sanad dalam ilmu Hadis menurut para ulama untuk mengetahui otensitas dan validitas suatu sumber pengetahuan. Bagaimana asal riwayat sumber tersebut yang menyandarkan konteksnya kepada Nabi Muhammad SAW, haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

Laiknya kegiatan pesantren pada umumnya, kegiatan seminar ini dimulai dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran. Dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua IAA Pusat, yang dalam hal ini disampaikan oleh Sahnawi Hasan. Dalam sambutannya, Sahnawi mengucapkan terima kasih kepada kedua narasumber, moderator, seluruh peserta baik putra maupun putri, serta para peserta yang sempat hadir melalui video conference di tempat mana saja.

“Semoga acara seminar ini benar-benar memiliki hikmah untuk memahami terkait dengan sanad pendidikan dan keilmuan Kiai Annuqayah,” demikian Sahnawi mengatakan di antara sambutannya. Kemudian pra-acara seminar ditutup dengan pembacaan doa yan dalam hal ini disampaikan oleh KH Muqeit Areiv, alumni Annuqayah, mantan Wakil Bupati Jember.

Dalam seminar kepesantrenan yang dimulai pada jam 09.00 WIB ini, Fathol Haliq yang bertindak sebagai moderator memulai acara dengan narasi pentingnya sanad keilmuan demi validitas dan keabsahan. Oleh karena itu menggali sanad keilmuan Kiai Annuqayah bagian penting yang tidak terpisahkan dengan ilmu itu sendiri.

Di dalam pemaparannya, KH Muhammad Muhsin Amir menjelaskan bahwa KH Muhammad Syarqawi, sebagai muassis (pendiri) Pesantren Annuqayah adalah keturunan raden (Raja). Beliau, KH Syarqawi, yang lahir pada tahun 1835 M (1250 H) dan wafat pada tahun 1911 M, adalah keturunan pertama dari Raden Shodiqram bin Kiai Kanjeng Sinowun bin Raden Merto Wijoyo bin Raden Tirto Kusumo bin Raden Arya Panyangkringan bin Jakfar Shodiq (Sunan Kudus). Jadi, secara nasab (silsilah, keturunan) Kiai Muhammad Syarqawi memiliki silsilah yang sangat bermartabat.

Kiai Syarqawi dalam sanad keilmuannya, masih menurut KH. Muhsin Amir, berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani. Kemudian juga berguru kepada Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Abdul Ghani (dari Bima), Syekh Yusuf, Syekh Abdul Hamid, Sayyid Ahmad Nahrawi, dan Syekh Zainuddin (dari Aceh).

Sementara itu, KH Ilyas, putra pertama KH Syarqawi, berguru langsung kepada Abahnya, Kiai Syarqawi. Kemudian Beliau (KH Ilyas) berguru kepada KH Imam Karay Ganding, KH Mahmud Karay, KH Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, dan KH Hamdani. Jadi secara sanad keilmuan, pendiri Pesantren Annuqayah beserta zurriyahnya (keturunannya) sudah tidak dapat diragukan lagi. Mereka adalah ulama besar yang berkhidmat secara khusus kepada dunia pendidikan, lebih khusus lagi dalam keislaman.

Sementara Kiai M Faizi menjelaskan bahwa mayoritas Kiai Annuqayah berguru kepada KH Ilyas, sementara KH Ilyas belajar langsung kepada KH Muhammad Syarqawi. “Jadi sudah final (validitas dan integritas keilmuan Kiai Annuqayah) karena semua Kiai Annuqayah belajar kepada KH Ilyas,” demikian menurut Kiai Faizi menekankan kevalidan Kiai Annuqayah.

Itulah jalannya seminar kepesantrenan kali ini yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa tanya jawab. Bahwa sanad keilmuan merupakan bagian yang sangat penting, maka mengetahui dan memahami sanad keguruan adalah bagian dari hazanah pengetahuan. Kita juga mendapatkan banyak ibroh (keteladanan) dari orang-orang yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggung-jawabkan. Wallahu A’lam!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan