KOTA PARADOKS
Aku bingung melihat kota
Gedung-gedung megah terbangun oleh keringat buruh
Sementara upahnya tak cukup untuk beli susu

Aku termangu di sudut senja
Jalan-jalan penuh mobil mewah
Sementara pengemis tidur di emper toko dan di pinggir-pinggir jalan raya
Aku terperangah oleh kenyataan
Lembaga-lembaga pendidikan didirikan
Sementara anak-anak putus sekolah ramai di lampu merah meminta-minta
Penguasa di kota ini terlampau sibuk
Sibuk menyusun janji rapi-rapi
Sibuk bersolek retorika berapi-api
Sibuk dengan jadwal rapat disana-sini
Tapi lupa dengan wajah-wajah rakyatnya
2025.
KOTA METROPOLITAN
Apa yang mereka sebut kota metropolitan?
Apakah kota yang penuh dengan sampah-sampah berbau busuk di pinggir-pinggir kanal?
Apakah kota yang jalannya dikerumuni pengemis di sudut-sudut lampu merah?
Apakah kota yang sesak oleh aktivitas tak henti-henti?
Aktivitas di kotaku berupa macam
Begal payudara di lorong-lorong sunyi oleh anak-anak sekolahan
Rampok usaha di ruko-ruko saat penghuninya mudik lebaran
Pungli pengendara di perempatan jalan oleh orang-orang berseragam
Tawuran lintas fakultas di kampus-kampus ternama
Ada juga tawuran lintas daerah oleh mahasiswa organda
Dan masih banyak lagi. Tapi hanya itulah yang kuingat dan terkenang di kepalaku
Apakah semua kota itu sama? Entahlah. Sebab di kotaku beginilah adanya.
2025.
KOTA RIMBA
Hidup di kota seperti hidup di hutan belantara
Sepi di dalam keramaian
Aturan hanya ada di kertas-kertas
Sopan santun hanya ada di ruang-ruang kelas
Gotong royong hanya ada dalam slogan
Selalu waspada!
Sewaktu-waktu manusia buas bisa merenggut nyawa
Seperti hukum rimba
Yang kaya yang berkuasa
Yang berkuasa yang bertahan
Inikah laju zaman kebudayaan?
Inikah fajar baru peradaban?
Inikah jejak masa depan?
Entahlah. Yang pasti inilah realitas kita.
2025.
Sumber ilustrasi: istock.