Rabu pagi saya baru mendapat kabar bahwa saya bisa menghadiri acara Zikir Kemerdekaan di Pondok Pesantren (PP) Tebuireng yang dihelat jejaring duniasantri. Kabar ini cukup memberikan keterkejutan bagi saya. Karena saya mengira bahwa kegiatan presentasi di PP Annuqayah terkait kebahasaan dan kesastraan tidak bisa dibatalkan. Maka saya pun menghubungi atasan saya untuk minta izin. Dan, alhamdulillah, meski termasuk telat saya masih bisa berangkat.
Habis magrib saya diantar oleh anak sulung menuju terminal. Saya baru sadar bahwa Terminal Aryawiraraja Sumenep sudah mengalami pembenahan. Lebih mewah dari sebelumnya. Saya pun menuju area pemberangkatan. Di sana sudah ada bus yang siap berangkat. Saya naik dan duduk di kursi paling depan, pas di belakang supir.

Karena ini perjalanan perdana, saya tanya ke kondektur bus, “Mas, kalau yang langsung ke Jombang ada?” Dijawab oleh kondektur tersebut, “Gak ada Pak, harus ikut dari Surabaya nanti.” Saya pun diam, paham bahwa dari Sumenep tidak ada bus yang langsung menuju Jombang.
Jam 12.00 WIB saya sampai di terminal bus Purabaya Sidoarjo. Di tengah malam begini suasana agak lengang. Tetapi bus menuju Jombang sudah siap berangkat. Saya pun menuju bus dengan jurusan yang dimaksud.
Sebelum naik saya memastikan dulu kepada awak bus. “Saya menuju Pondok Tebuireng. Tolong nanti beritahukan turunnya di mana?” Saya berkata memastikan tujuan. “O ya, nanti Bapak turun di stasiun,” demikian ia menjelaskan. Dan saya pun mantap naik bus tersebut. Tidak banyak penumpang yang ada di dalam. Hanya terlihat beberapa. Salah satunya adalah saya sendiri.
Jam 01.00 WIB saya sampai di stasiun (alun-alun). Sekilas saya perhatikan sekitar. Sebuah simpang empat yang di sebelah kiri saya turun terlihat bentangan rel kereta api. Saya berjalan beberapa langkah. Hingga kemudian ditanya oleh pengojek. “Bapak mau ke mana?” Saya jawab bahwa saya menuju PP Tebuireng. Dia pun paham. Sedetik berikutnya saya pun diantar oleh tukang ojek tersebut.
Rupanya tidak dekat-dekat amat. Perjalanan menuju Pondok Tebuireng ternyata memakan waktu. Meskipun pada akhirnya saya pun sampai di area pondok. Luas dan megah. Begitu kesan pertama kali saya melihat suasana sekitar. Pondok Tebuireng memiliki lahan yang cukup luas.
Kemudian saya menghubungi panitia. Mukhlisin menanyakan posisi saya. Kemudian saya dijemput ke lokasi yang saya beritahukan sebelumnya. Mas Chandra adalah orang menjemput saya menggunakan motor.
Tidak berapa lama kemudian saya bersua dengan teman-teman jejaring dunisantri, baik sebagai panitia maupun pemateri. Ada Mahwi Air Tawar, Mukhlisin, Hilmi Faiq, Mardi Luhung, Mas Aji, Raedu Basha, dan lain sebagainya. Alhamdulillah, saya berjumpa dengan orang-orang hebat di dalam dunia literasi.
Kamis, 21 Agustus 2025, ada tiga agenda yang akan dilaksanakan sesuai dengan rundown acara. Pagi jam 08.30 adalah penyampaian teknis penulisan esai atau artikel. Dalam hal ini disampaikan oleh Hilmy Faiq, direktur Kompas Minggu. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian teknis penulisan cerpen yang disampaikan oleh Mahwi Air Tawar. Mahwi adalah penyair, cerpenis, dan esais yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan (literasi). Alhamdulillahi, saya mengikuti acara ini dari awal hingga selesai.
Sore di hari yang sama, adalah penyampaian terkait dengan etnografi sastra. Dalam hal ini disampaikan oleh Raedu Basha. Raedu adalah sastrawan, pencetus etnografi sastra nusantara. Raedu juga penulis aktif yang telah mendapatkan berbagai penghargaan dari hasil kreatif pemikirannya.
Jumat, 22 Agustus 2025 adalah workshop Dasar-Dasar Jurnalistik. Materi kegiatan ini disampaikan oleh Mukhlisin, Ketua Dewan Pengurus jejaring duniasantri. Saya berkesempatan mengikuti workshop ini dari awal hingga akhir. Sebuah kesempatan yang kemungkinan tidak akan terjadi di kemudian hari.
Pada hari yang sama, setelah salat Jumat merupakan jadwal dengan tema Optimalisasi Media Pesantren. Materinya disampaikan oleh Rara Zarary, pengelola Media Tebuireng.
Sabu, 23 Agustus 2025, merupakan puncak acara. Adalah Zikir Kemerdekaan, Sarasehan Nasional, Launching Buku Menggali Api Pancasila: Aktualisasi Pemikiran KH Hasyim Asy’ari dan Refleksi Kebangsaan. Acara ini dihadiri oleh Santri dan mahasantri serta masyarakat umum yang terundang. Sebuah acara yang cukup menyita perhatian publik.
Saya salah satu peserta (satu-satunya?) yang diundang dari Sumenep, Madura. Dari awal hingga akhir mengikuti acara ini dengan saksama. Memperhatikan dari satu acara ke acara berikutnya. Untuk mendapatkan barokah agar dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Acara yang digagas sebagai puncak perayaan 6 tahun jejaring duniasantri (JDS) ini terlaksana berkat kerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Media Group Tebuireng.
Acara ini dihadiri Kepala BPIP Prof. Drs. KH Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., Direktur Pengkajian Implementasi Ideologi Pancasila BPIP Dr. Irene Camelyne Sinaga, Mudir Ma’had Aly Tebuireng Dr. KH Achmad Roziqi, Lc., M. Hi., dan Direktur Media Group Tebuireng Dr. Mohammad Anang Firdaus, S.A, M.Pd. Sarasehan ini diikuti ratusan santri dan mahasantri Tebuireng dan dari pesantren-pesantren wilayah Jombang.
Jam 13.00 WIB acara sarasehan pun usai. Dengan berakhirnya acara ini, maka agenda 6 tahun duniasantri.co yang dihelat dengan Zikir Kebangsaan sudah selesai. Semoga ke depan ada lagi acara-acara yang mendorong para santri untuk kreatif dalam dunia literasi.
Alhamdulillah, saya pun merasa lega. Ucapan terima kasih kepada panitia, khususnya Mukhlisin, yang telah melibatkan saya dalam helat acara yang spektakuler ini. Saya berharap di acara-acara besar di masa mendatang, saya kembali diundang untuk sekadar partisipan dan simpatisan. Wallahu A’lam!
Keren Gus. Jaya selalu duniasantri. Semoga suatu saat saya dan para penulis yang berproses di jejaring dunia santri bisa berpartisipasi juga. Aamiin 🤲🏻
Terima kasih. Aamiin ya Robbal ‘Alamiin,,,