Gawai saat ini telah menjadi teman setia bagi para pelajar. Ia menemani mereka sejak pagi hari saat mata terbuka hingga malam hari ketika mata lelah menatap layar. Tanpa disadari, tangan terus menggulir layar. Notifikasi muncul silih berganti. Video-video pendek terus bermunculan. Dunia digital memanjakan mata dan mengalihkan perhatian dari waktu.
Namun sayangnya, dalam guliran yang tak pernah berhenti itu, pelajaran sering kali terabaikan. Buku-buku yang seharusnya dibaca malah menumpuk. Tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan justru ditinggalkan demi sekadar “scroll sebentar lagi.” Kenyataannya, “sebentar” itu berubah menjadi berjam-jam.

Dahulu, seorang pelajar akan menundukkan kepala karena serius membaca kitab atau buku pelajaran. Kini, kepala tertunduk bukan karena mencari ilmu, melainkan karena layar ponsel. Waktu belajar telah bergeser menjadi waktu bermain. Fokus pun terkikis sedikit demi sedikit, hingga akhirnya hilang sepenuhnya.
Padahal, waktu adalah anugerah yang tidak akan kembali. Imam Hasan al-Bashri pernah menyatakan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu harimu berlalu, maka sebagian dari dirimu juga pergi.” Sayangnya, banyak pelajar saat ini menghabiskan hari-hari mereka tanpa makna, hanya karena terjebak dalam dunia maya.
Fokus adalah kunci dalam menuntut ilmu. Namun, terlalu sering berpindah dari satu konten ke konten lainnya membuat otak terbiasa dengan gangguan. Akibatnya, konsentrasi menjadi sulit dibangun, hafalan mudah hilang, dan pelajaran sulit dipahami. Ilmu itu berat, dan ia tidak akan melekat di hati yang sibuk menonton hal-hal yang ringan dan cepat berlalu.
Dalam Islam, menuntut ilmu adalah sebuah ibadah. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menjaga adab dalam menuntut ilmu, termasuk dalam cara kita menggunakan waktu dan alat yang kita miliki. Gawai bukanlah musuh, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi penghalang datangnya ilmu.
Menuntut ilmu merupakan perjalanan suci yang memerlukan kesungguhan, bukan sekadar kehadiran fisik. Apabila gawai telah mengalihkan perhatian, maka kita harus merebutnya kembali. Sebab ilmu tidak akan masuk ke hati yang terfokus pada hal-hal yang tidak berguna.
Saatnya bagi pelajar untuk bangkit, mengendalikan waktu, dan menjadikan belajar sebagai prioritas, bukan sebagai beban. Manfaatkan gawai sebagai alat bantu, bukan sebagai pengalih perhatian. Penuhi hari-hari dengan aktivitas yang mendekatkan diri pada ilmu dan keberkahan.
Ingatlah, setiap guliran layar akan dimintai pertanggungjawaban. Namun, setiap lembar ilmu yang kita baca, setiap waktu belajar yang kita jaga, akan menjadi saksi perjuangan di hadapan Allah. Jangan biarkan ilmu pergi hanya karena kita terlalu sibuk menggulir tanpa tujuan.
Kini saatnya menunduk bukan pada layar, tetapi pada ilmu.