Surat Al Waqi’ah merupakan salah satu dari beberapa surat khos dalam Al-Qur’an yang sering dibaca oleh umat Islam. Beberapa fadhilah atau keutamaannya telah dituturkan sendiri oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, sebagaimana pada hadis berikut ini:
قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلّم من قرأ سورة الوقعة كل ليلة, لم تصبه فاقة أبداً

Artinya: “Telah berkata Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah tiap malam, maka dia tidak akan diuji dengan kefakiran selamanya.”
Dalam risalah terjemahan surat Yasin, Waqi’ah, dan Tabarak karya KH Ahmad Abdul Hamid Kendal terdapat kutipan perkataan Al Imam Ja’far Shodiq tentang fadhilah surat Al Waqi’ah sebagai berikut, “Barang siapa yang membaca surah Al Waqi’ah di waktu pagi hari ketika akan keluar rumah guna mencari nafkah, maka Allah Subhana Wa Ta’ala akan memberikan kemudahan dalam hal rizki bagi orang tersebut. Dan barang siapa yang membaca Surah Al Waqi’ah di waktu pagi dan sore hari, maka orang tersebut tidak akan ditimpakan musibah kelaparan dan terhindar dari fitnah. Dan fitnah tersebut akan kembali kepada orang yang memfitnahnya.”
Dikarenakan surat tersebut memiliki fadhilah yang besar sebagai penarik rezeki, maka tak ayal jika mayoritas umat Islam terutama di Indonesia memiliki rutinitas tersendiri membaca surat ini. Bahkan dalam khazanah pesantren terdapat laku tirakat puasa khusus terkait pembacaan surat Al Waqi’ah, seperti yang dilakukan di Pesantren An Nur 1 Bululawang Malang, Jawa Timur.
Menurut Anwar Idris, prosesi pengijazahan puasa ini dilakukan oleh KH Fahrur Rozi, pengasuh pesantren yang kini merangkap sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pria yang kerap disapa Gus Fahrur ini menuturkan bahwa ia mendapatkan ijazah puasa ini dari ayahnya, KH Burhanuddin Hamid dan bersambung kepada gurunya, yakni KH Romly Tamim, Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyah Ponpes Darul Ulum, Peterongan, Jombang.
Berdasarkan risalah kecil karya KH Romly Tamim yang memuat Fadhilah Surah Al – Waqi’ah, ijazah puasa ini beliau dapatkan dari gurunya, yakni Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang dan Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan.
Adapun, tata cara pengamalan puasa Waqi’ah yang tertera pada risalah ini adalah sebagai berikut: Pertama, puasa selama tujuh hari dan dimulai di hari Jumat. Kedua, setiap selesai salat fardhu, surat Al Waqi’ah dibaca sebanyak 25 kali dan puasa tersebut nantinya ditutup di hari Jumat berikutnya.
Ketiga, di malam Jumat terakhir, dianjurkan membaca surat Waqi’ah bakda salat Maghrib sebanyak 25 kali. Sambil menunggu datangnya waktu Isya,dianjurkan melakukan amal kebajikan.
Saat tiba waktu salat Isya, surat Waqiah tersebut dibaca kembali sebanyak 25 kali dan ditambah membaca selawat sebanyak seribu kali.
Keempat, setelah rangkaian prosesi tersebut selesai dilakukan, maka pembacaan surat Waqi’ah tersebut digunakan sebagai wiridan sebanyak satu kali di waktu pagi dan sore. Dengan demikian, insyaallah segala hajat kita akan dimudahkan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala berkah daripada surah Al-Waqi’ah ini.
Waba’du, demikian tata cara pengamalan puasa surat Al-Waqiah yang bersumber dari KH Romly Tamim, dengan tujuan agar hajat yang diminta segera dikabulkan oleh Allah. Wallahu ‘Alam.
Referensi :
– Sayyid Muhammad Haqi An Nazili, Khozinatul Asror, Beirut : Dar Al Kutub Al – Ilmiyah, 2019, 191.
– KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal, Terjemah Surah Yasin, Waqi’ah, Tabarak, Semarang : Toko Kitab Al Munawwar, 1970, 57 – 58.
– Muhammad Anwar Idris, Konstruksi Puasa Waqi’ah, Jurnal Living Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol : 5, 03 Mei 2020, 27.
– KH. Romly Tamim, Risalah Al Waqiah, Tb. Assegaf, 1963, 18 – 19.