Quo Vadis Toleransi Beragama di Indonesia

Permasalahan intoleransi beragama yang masih saja terjadi di Indonesia. Hal ini ditandai dengan berbagai penolakan pembangunan rumah ibadah dan gangguan lainnya.

Fenomena intoleransi beragama tidak hanya mengancam kerukunan sosial, tetapi juga berpotensi memicu konflik. Islam memiliki ajaran yang menekankan pentingnya toleransi, sebagaimana yang tercermin dalam QS Al-Kafirun ayat 5 dan QS. Al-Baqarah ayat 256. Untuk mencegah sikap intoleransi diperlukan pendekatan komprehensif, seperti peningkatan literasi digital, penanaman karateker sejak dini, juga ketegasan pemerintah dalam menjamin keadilan sosial.

Advertisements

Intoleransi yang Terus Berulang

Baru saja kita kembali membaca berita terjadinya penolakan pembangunan gereja oleh warga di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Kota Depok pada Sabtu, 5 Juli 2025. Penolakan atas pembangunan rumah ibadat atau peribadatan ini menjadi yang kesekian kalinya terjadi di Indonesia,l. Berdasarkan data Setara Institute, selama kurun waktu 2007 sampai dengan 2022 telah terjadi 573 kasus gangguan terhadap peribadatan dan tempat ibadah di Indonesia. Peristiwa ini kembali menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan intoleransi beragama di kehidupan bermasyarakat kita.

Intoleransi antarumat beragama merupakan perilaku yang ditujukan kepada kelompok agama tertentu. Sikap intoleransi ini dapat muncul dalam berbagai wujud, seperti tindakan kekerasan fisik, pengusiran, diskriminasi dalam akses ke layanan publik atau pekerjaan, hingga hambatan dalam memperoleh pekerjaan.

Sikap intoleransi tersebut telah menjadi fenomena sosial yang meliputi perilaku diskriminatif terhadap kelompok minoritas. Hal tersebut berdampak negatif terhadap kerukunan sosial dan juga bisa menjadi pemicu konflik antarkelompok yang berbeda, serta menganggu proses pertumbuhan sosial dan ekonomi di daerah tersebut.

Banyak faktor yang menjadi pemicu intoleransi beragama, mulai dari kejadian masa lampau yang diwariskan sehingga menjadi “dendam” turun temurun antar warga, ketimpangan perekonomian sehingga memunculkan “permusuhan” antara warga “asli” dengan “pendatang” , hingga ketidak percayaan dan adanya saling curiga. Masyarakat saling menuduh satu sama lain.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan