SENJA DI LABUAN BAJO
matahari yang berangkat tidur
ke pangkuan pulau bidadari itu
adalah rinduku yang menyusur
waktu di antara tebing dan batu: mencarimu

lihatlah, betapa merah pancar sinarnya
betapa tabah semburat ronanya
dan jatuh ke dalam tenang air lautnya
tenang, dalam, terus menyelam: mencarimu
aku di sini, Kekasih, masih di sini
aku di sini, Kekasih, jadi penyaksi
kapal-kapal bertukar haluan
datang dan pergi, datang dan pergi
nelayan-nelayan bertukar harapan
bila hari berganti, kapan berganti hari
ketika matahari berangkat tidur
ke pangkuan pulau bidadari
di punuk gunung yang membujur
para pelancong memotret apa yang bakal abadi
lihatlah, betapa semburat merah jingga
lelah dari kembara
leleh ke dalam lautnya
dalam, menyelam: mencarimu
SENJA DI LOVINA
Ambang itu selalu mengambang
dan desau angin pantai Lovina pun
tak tentu arah
Di bawah senja Lovina itu
gadis-gadis pada melangkah
mendadah gelegak gairah
Temaram senja menghias gincu
memacu cumbu menawar rayu
napas-napas beradu pada batu
Senja memanggil bulan yang penuh malu
tak tahu kepada siapa harus menumpah rindu
karena yang tinggal hanya desah menderu
SENJA DI GILIMENO
seperti pulau tak bertepi
keindahannya tak berbatas
yang alunan air pada gelombang lautnya
menghadirkan melodi kehidupan
yang butiran-butiran pasir pada pantainya
seperti denting piano menghangatkan malam
di sana sang surya menuju peraduannya
sedang rembulan dengan penuh magi
mulai menimang bumi
di sana para nelayan menebar jaringnya
sedang beribu-ribu ikan
menyambutnya dengan tarian
lalu derap kaki dan ringkik kuda