PERWIRA BERSORBAN
*Mengenang KH R As’ad Syamsul Arifin
Desir angin menghunus tubuh udara
Mongoleskan sejuk di leher santri yang menabuh rebana
Manaqib dihilirkan dengan lantunan merdu
Aku jatuh di kedalaman lautan kharisma sang guru

Aku membaca sejarah bumi pertiwi yang terjarah
Aku membaca bangsa yang dirampas tanahnya
Aku mendengar suara ledakan muncul di setiap rumah
yang dipeluk rasa takut dan iman
Ada yang pergi syahid mewariskan semangat dan teladan
Ada yang berseru kencang memimpin perlawanan
Perangai santun berkasih rimbun
Rimbun kasihnya menumbuhkan perangai-perangai santun
Dari rimba, tapal kuda hingga Nusantara
Dari Madura untuk Indonesia
Dengan pedang atau senapan?
Tidak, ia berjuang dengan sekantong doa dan keyakinan
Rotib, asma dan hizib tiada henti ia wiridkan
Mesiupun jadi kacang ijo yang berserakan
Tiada dendam ataupun kebengisan
Tak ada risau, ciut apalagi gentar
Perwira bersorban itu berdiri di tengah hantaman
bom dan senapan laras panjang
Dilumatnya wajah-wajah penjajah dengan biji tasbih yang ia putar
Pada syahadah sang pembela berserah
Pada iman sang pejuang menitip pertolongan
Kesatria pesantren berjubah raden
Bermahkota sorban berpedang tongkat Syaikhona Bangkalan
Kiaiku, kesantunanmu terawat selalu
Pahlawanku, jiwa apimu membara di negeriku
TELAH SATU
Matahari yang menyapamu adalah pagiku
Terbangunlah kita bersama, menikmati dunia
Saling menyapa
Apa kabar cinta
Lama kita saling bergandengan tangan
Merasa nyaman
Dan enggan dipisahkan
Kau adalah paku berkarat yang tertancap
Aku adalah kayu yang memeluk erat
Kita bertaut di kedalaman tiada dasar
Sepi, milik kita berdua
Sukorejo, 23 September 2024.
TAMAN BUNGA