Pentas Drama Visual Santri Fadlun Minalloh

1,307 kali dibaca

Untuk pertama kalinya, pementasan teater di Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, Pleret, Bantul disajikan dalam bentuk film. Proyektor memancarkan cahaya terang ke layar besar berwarna putih di atas panggung.

Ratusan pasang mata pun segera tertuju ke arah sana. Hampir semua penonton fokus menyimak film yang ditayangkan di layar tersebut, meskipun saat itu sudah pukul 11 malam dan merupakan pementasan terakhir.

Advertisements

Pementasan terbaru ini dihadirkan oleh pengurus asrama pelajar pada acara pembukaan Haflah Akhirusanah, Minggu 4 Juli 2021. Film tersebut diberi judul The Jemput, berdurasi kurang lebih 58 menit. Tsaqib Hidayat, selaku kameramen sekaligus editor, berharap film tersebut dapat tayang di Youtube. “Tapi kita lihat saja nanti kelanjutannya,” ujarnya.

Konsepnya, menurut penuturan Tsaqib, cukup sederhana. Seorang alumni pondok pesantren yang jadi supir mobil menghampiri kawan-kawan lama di pesantrennya dulu. Diajaknya semua kawan itu untuk pergi ke pesantren entah dengan tujuan apa. Tujuan inilah yang menjadi misteri bagi kawan-kawan si supir mobil. Penonton pun turut penasaran. “Supaya semua menunggu penampilan kami di malam puncak Haflah Akhirusanah,” ujar Tsaqib.

Pendapat Penonton

“Kalau dibilang menghibur, sangat menghibur. Perlu diapresiasi. Terutama karena pementasan seperti ini belum pernah ada,” ungkap Ari, salah satu santri asrama mahasiswa.

Lebih lanjut Ari mengungkapkan, video yang ditampilkan itu membuatnya penasaran. Akan tetapi, arah tujuan ceritanya belum jelas. Sebagaimana menonton film pada umumnya, Ari berusaha memahami cerita yang disuguhkan, tapi belum menemukan titik temu. “Filmnya bikin penasaran. Tapi, alur ceritanya menurutku kurang detail sih,” akunya.

Meski demikian, Ari senang ada pementasan seperti itu. Menurut santri asal Jambi tersebut, penampilan aktor sudah cukup bagus. Ia memberi apresiasi untuk aktor dan kameramen film tersebut. “Kalau untuk aktor, bagus. Saya apresiasi sekali. Apalagi kameramennya. Bagus pengambilan gambarnya,” lanjutnya.

Karena cerita dalam film itu akan dilanjutkan dengan pementasan di malam puncak nanti, Ari berharap dapat menemukan ‘titik temu’ yang ia cari sejak awal menyimak cerita. “Yang melatarbelakangi penjemputan-penjemputan itu apa. Kalau perlu, dipentaskan juga kenapa jadi petani, kenapa itu ada yang jadi gila,” pungkasnya.

Pengakuan Para Aktor

Semua pengurus asrama pelajar terlibat dalam pembuatan film ini, kecuali Tsaqib sebagai kameramen dan editor. Sementara pengurus yang lain menjadi aktor. Salah satunya adalah Kasub Muhammad Sulaiman. Dalam film The Jemput tersebut, ia berperan sebagai tokoh yang terlambat jamaah di masjid.

Menurut penuturan Kasub, proses pembuatan film The Jemput memakan waktu yang cukup lama, lumayan jauh sebelum ditampilkan pada malam pembukaan Haflah Akhirusanah 2021. “Kisaran satu minggu,” ungkapnya.

Proses syuting film The Jemput memakan banyak waktu dan menguras energi. Akan tetapi, bagi Kasub, antusiasme penonton ketika film tersebut ditayangkan membuat semuanya terbayarkan. “Apresiasi penonton di luar dugaan. Menjadi semacam obat buat rasa capek teman-teman yang ikut terlibat dalam pengerjaan film The Jemput,” akunya.

Kasub berharap, adanya film The Jemput ini membuat mental santri-santri semakin meningkat, supaya bisa produktif berkarya. “Dengan film ini saya harap mental teman-teman terangkat dan terbentuk, sehingga mampu dan mau produktif berkarya di segala bidang,” pungkasnya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan