Pembaruan Islam: Antara Tajdid dan Tadhlil

17 views

Pada masa keemasan Islam, nama-nama bintang di langit dihiasi oleh berbagai nama Arab, melambangkan kejayaan Islam kala itu. Sebutlah, misalnya, bintang Ain al Rami (eye of the archer), Altair (an-nasr ath-Tha`ir/elang yang terbang) dan masih banyak lagi. Setelah beberapa kurun, nama-nama bintang dari Arab (Islam) kian memudar, terkalahkan oleh nama-nama latin yang terus memimpin hingga kini.

Demikian lah seorang novelis internasional, Dan Brown, mengilustrasikan keadaan Islam yang semula mengungguli barat tetapi kemudian melemah dan belum bangkit kembali sampai saat ini.

Advertisements

Meski begitu, ketertinggalan ini nyatanya baru mendapatkan reaksi yang serius setelah penjajahan barat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Umat Islam di banyak bagian dunia tertinggal di berbagai bidang, baik ekonomi, politik, maupun teknologi, jauh dengan keadaan negara-negara Barat yang telah maju. Pada saat yang sama, umat Islam terjepit oleh kolonialisme yang semakin menguasai tanah-tanah Islam, seperti yang terjadi di Mesir, India, dan negara-negara Arab.

Kondisi semacam ini kemudian memicu banyak pemikir dan intelektual muslim untuk mencari solusi agar umat Islam dapat bangkit dan kembali pada masa kejayaannya. Banyak tokoh reformis, seperti Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, menyerukan agar umat Islam melakukan pembaruan, dengan cara kembali kepada ajaran asli Islam. Di sisi lain, Muhammad Iqbal, seorang filsuf, sastrawan, dan pemikir dari India, mengkritik sikap taqlid yang berlebihan terhadap tradisi-tradisi masa lalu tanpa mempertimbangkan relevansi dan rasionalitasnya dengan kondisi masa kini.

Iqbal menyerukan agar umat Islam bersama-sama melakukan ijtihad, untuk memahami ajaran-ajaran Islam secara mendalam dan menyeluruh dengan menggali kandungan makna Al-Qur’an dan Hadis secara dinamis.

Pembaruan Islam yang digaungkan oleh kalangan reformis ini memang memiliki banyak sekali nilai positif. Di antaranya, lahirnya organisasi-organisasi Islam yang mengusung konsep tajdid seperti Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, ada juga nilai negatif yang disebabkan pembaruan Islam.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan