PADA SEBUAH PELABUHAN

1,154 kali dibaca

KEPADA PELAUT MUDA

singkap matamu
bagaimana layar itu mengikat angin pada tubuhnya
ketika matahari menjelang merah jambu.

Advertisements

ombak yang pecah dalam tubuhmu,
ledakkan kesepian camar lumpuh
di tepi pelabuhan.

kacong, tubuh kita pantulan derap gelombang
menampung macam bayang-bayang
karang remas diinjaknya.
matahari lamban ditambat lajunya.

kita menerka-nerka
sebelum istana pasir sempurna dibangun ketam:
doa perempuan sudah biru di rahim lautan.

ikan yang terbuat dari daging_tulang_ waktu
digiring tuhan ke dalam lingkar jaringmu
selagi engkau tahu, doa dan peluh lebih bengis dari sembilu.

Kutub/Yogyakarta, 2021.

PADA SEBUAH PELABUHAN

i/
kau tahu, ketika kalimat tuhan pecah dari toa itu
matahari akan padam dengan sendirinya
kelelawar-kelewar keluar gua
memburu angin di tebing gelap

seandainya ratap ombak dapat kau pagut
maknanya, karang-karang yang tenang
pelabuhan yang lengang
akan menghancurkan kebisuannya
lewat waktu yang tercipta dari rindu

jika kata kalimat-kalimat yang
menyembul dari mataku saja
tak dapat kuak keberadaannya
maka hancurkan dirimu
dengan rasa cinta yang masih tersisa

tapi sebelum engkau benar-benar hancur
dan lebur dalam debur ombak purba
ada yang mesti kau bawa mati:
antara pedih, juga rasa rindu yang hakiki.

ii/
pada akhirnya kita saksikan layar itu
mengembang dari balik bayang-bayang

menyeka angin pembawa dingin
sampai batas paling gigil

sedang bulan tak jemu
menyiram jagat dengan cahaya

walau kadang diganggu
helai demi helai rambut langit

dengan suara karat mesin tongkang

Halaman: 1 2 Show All

One Reply to “PADA SEBUAH PELABUHAN”

Tinggalkan Balasan