Ormas dan Ukhuwah

647 kali dibaca

Mencermati dinamika sosial dan politik bangsa Indonesia dalam tahun-tahun terakhir, sangat mendesak adanya pemantapan pengejawantahan ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah, maupun ukhuwah wathoniyah. Karena, dewasa ini telah kita saksikan gejala keretakan dan pertentangan muncul di tengah masyarakat, bahkan di antara masyarakat muslim sendiri. Jika dibiarkan, gejala ini bisa mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Ajaran tentang ukhuwah sebenarnya sudah sangat masif dilakukan, dari mimbar ke mimbar, maupun di forum-forum keagamaan. Namun sayang pelaksanaannya dalam kehidupan umat dan bangsa masih kurang. Oleh karena itu, perlu untuk terus dikembangkan dan dicari strategi yang baik untuk pemantapan ukhuwah itu sendiri.

Advertisements

Ukhuwah secara harfiyah artinya adalah persaudaraan. Tak jarang yang memahami ukhuwah itu sebagai persaudaraan berdimensi biologis (saudara kandung). Kalau ditelusuri, sejatinya persaudaraan antara sesama agama maupun sesama manusia adalah persaudaraan yang berdimensi biologis. Karena berasal dari kakek dan nenek moyang yang sama, yakni Adam dan Hawa yang melalui proses sejarah yang panjang dan sejarah turun-temurun kemudian berkembang biak sehingga jadilah seperti sekarang.

Hal-hal yang mendasari perpecahan dari sebuah perbedaan adalah ketidaksadaran pada diri manusia itu sendiri. Kurangnya kesadaran pada hakikat persaudaraan bahwa kita adalah sesama ciptaan Tuhan, sesama bangsa, dan sesama umat yang ditakdirkan memiliki corak keimanan dan corak kebangsaan yang berbeda. Akan tetapi, hakikatnya kita adalah sama, sebagai makhluk ciptaan Allah. Inilah yang sering kali kurang disadari oleh sebagian umat manusia.

Ditambah dengan faktor-faktor yang bersifat sosial, ekonomi, dan politik yang sering kali mengganggu persaudaraan kita. Terdapat kesenjangan sosial antara yang satu dengan yang lain. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang berada dan ada yang tidak berada. Ini yang kemudian membuat batas di antara sesama manusia.

Seringkali kepentingan politik menjadi masalah yang sangat dominan ditubuh umat manusia. Perbedaan partai politik dan kepemimpinan politik kekuasaan termasuk sangat menonjol, sehingga persaudaraan kita baik sebangsa maupun seagama bisa menjadi terganggu hanya karena kepentingan yang bersifat duniawi.

Sudah menjadi tugas bersama untuk memperbaiki keretakan ini. Tidak ada yang lebih bertanggung jawab atas keadaan ini. Semua harus berperan karena semua punya andil dan tentu itu harus dimulai dari diri sendiri. Prinsip-prinsip persaudaraan harus dipahami oleh masyarakat dari berbagai lini.

Para tokoh agama juga harus terus-menerus menyerukan tanggung jawab dan keteladanan, terutama pada sektor ukhuwah islamiyah. Jangan sampai karena perbedaan organisasi masyarakat (ormas) berbasis agama, kemudian para tokoh organisasi memunculkan egosentrisme dan menampilkan fanatisme organisasi yang berlebihan yang menegasi dari organisasi kelompoknya sendiri. Ini adalah kerugian besar bagi keutuhan ukhuwah islamiyah.

Lalu bagaimana cara merajutnya? Ya tentu harus melalui proses pendidikan. Baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan di rumah. Yang jelas, yang paling penting adalah keteladanan, karena terjadinya keretakan ukhuwah selama ini adalah sebab hilangnya akhlak, miskin teladan, renggangnya atau rusaknya toleransi, dan hilangnya tasamuh. Maka jalan keluarnya adalah melalui proses pendidikan di sekolah, pendidikan keluarga, maupun di masyarakat.

Hikmah dari merajut tali persaudaraan adalah kebersamaan. Dan kebersamaan ini yang dalam bahasa agama disebut silaturrahmi. Jalinan kasih sayang itu akan membawa dampak positif terhadap kehidupan manusia, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri. Jadi dengan hidup bersama akan melahirkan kebersamaan. Dengan kebersamaan niscaya kita akan bekerja sama dengan baik untuk menjalani hidup bermasyarakat maupun dalam rangka membangun kebudayaan dan peradaban di dunia.

Itulah hikmah yang terkandung dalam ukhuwah, dan agama sudah mengajarkan bahwa kalau mau panjang umur, lancar rezeki, tingkatkanlah silaturrahmi. Itu esensi ukhuwah yang harus selalu menjadi pertimbangan. Karena itu, egosentrisme dalam kelompok ormas yang mengarah kepada fanatisme berlebihan, kemudian melihat orang di luar kelompoknya sebagai orang lain, harus ditinggalkan, sebab kita adalah saudara seagama dan sebangsa.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan