Obral Surga dengan Teologi Kebencian

3,088 kali dibaca

Hari-hari ini kita melihat surga seolah-olah diobral, dijajakan dengan cara-cara yang tidak manusiawi dan miskin adab. Di tempat-tempat ibadah, di majlis taklim, di kampus-kampus, di lapangan, bahkan di jalan-jalan surga ditawarkan dengan hasutan yang penuh kebencian dan kemarahan. Mulai dengan cara teriak di mimbar sampai bisik-bisik di balik dinding “liqa” dan kamar batin yang senyap.

Berbeda dengan para ulama dahulu yang menawarkan surga dengan cara santun, simpatik, penuh hikmah, dan akhlakul karimah. Memandang umat dan sesama manusia dengan tatapan mata penuh kasih (yandhurul ummah bi ainir rahmah). Sehingga, membuat wajah Islam menjadi sangat simpatik dan menarik. Pancaran keindahan surga bisa dirasakan siapa saja saat masih di dunia. Sebagaimana tercermin dalam kehidupan sosial yang damai, tentram, bahagia, dan welas asih pada sesama.

Advertisements

Kini, cara-cara menawarkan surga dengan akhlakul karimah seperti itu sudah hampir hilang. Tak perlu lama-lama mengaji pada para kiai, tak perlu menunggu ajal menjemput. Surga bisa dimonopoli dan diperoleh dengan jalan pintas melakukan bom bunuh diri. Kavling surga seolah bisa dibeli dengan semangat membenci.

Semakin membenci dan menista kelompok yang berbeda, maka pintu surga akan semakin terbuka lebar dan terlihat nyata. Demi mendapat surga secara cepat dan instan, mereka harus memandang manusia yang berbeda keyakinan dengan rasa marah dan benci (yandhurul ummah bi ainil ghadlab).

Cara-cara inilah yang membuat manusia menjadi gelap mata dan gelap pikir. Jangankan membenci, memfitnah dan caci maki, demi secepatnya mendapat surga, mereka tega mengorbankan nyawa siapa saja, termasuk nyawa keluarga bahkan nyawanya sendiri. Di sini surga seolah hanya ditukar dengan nyawa dan sikap membenci pada kaum kafir, yaitu kelompok lain yang berbeda dengan keyakinannya.

Amal saleh yang berarti berbuat baik pada sesama, beribadah pada Tuhan dengan menjaga perdamaian dan menciptakan tata kehidupan yang lebih baik tidak lagi diperlukan. Selain dianggap bisa merusak kemurnian Islam, sikap tersebut juga dianggap bisa mengurangi semangat perjuangan membela Islam.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan