Neosufisme dan Spiritualisme Sosial

14 views

Dalam penghayatan dan pengamalan keagamaan, tradisi Islam mengenalkan dua konsep yang sangat dominan bagi pemeluknya, yakni konsep esoteris (bathini) dan konsep eksoteris (lahiri).

Seperti yang dikemukakan oleh Al-Rindi, seorang ahli kesufian yang juga seorang komentator kitab al-Hikam, bahwa dalam praktik peribadatan, kaum muslimin terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok menitikberatkan kepada aspek-aspek lahiriyah (ahkam az-zawahir) dan satu kelompok lagi menitikberatkan kepada aspek-aspek bathiniyah (ahkam ad-dlhamair).

Advertisements

Pada perkembangannya, kedua kelompok ini hampir-hampir tak menemukan jalan damai. Sejarah peradaban Islam telah mencatat bagaimana perbedaan orientasi kedua kelompok ini menimbulkan dinamika dan polemik yang cukup pelik. Keduanya saling menuduh satu sama lainnya sebagai penyeleweng agama yang sesat dan tidak sempurna penghayatan keagamaannya.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa keduanya tak bisa berjalan beriringan yang menyalahi prinsip ekuilibrium (tawazun) dalam ajaran Islam.

Tidak hanya dalam khazanah Islam klasik, sarjana Islam kontemporer seperti Hasan Hanafi pun turut memberikan komentar pedas terhadap model keagamaan sufisme sebagai penyebab dari kemandekan Islam.
Al-Ghazali, meski bukan satu-satunya, adalah seorang tokoh yang paling berhasil dalam upayanya untuk memediasi dan merekonsiliasi kontradiksi antara dua corak penghayatan keagamaan ini. Dengan buah pemikirannya yang brilian, sebagaimana yang dituliskan dalam Ihya’ Ulumiddin, Al-Ghazali menunjukkan bahwa baik model keagamaan lahiriyah maupun bathiniyah memiliki relasionalitas dan saling menunjang.

Profesor Hamka dengan karyanya, Tasawuf Modern, sesungguhnya telah meletakkan dasar-dasar tasawuf baru di Indonesia. Ia tetap menghormati aspek esoterik, namun sekaligus memberikan peringatan bahwa esoterisisme itu harus terkendalikan oleh syariat.

Hamka dalam hal ini hampir serupa dengan pemikiran Al-Ghazali. Perbedaannya adalah bahwa Hamka menghendaki penghayatan esoterik yang mendalam tetapi tidak dengan menempuh jalan uzlah (meditasi) yang membatasi seseorang dari gerak aktif dalam dunia sosial.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan