Mufasir Kontemporer Nusantara (1): M Quraish Shihab

783 kali dibaca

Dengan kemampuan intelektualnya yang luar biasa dan karya-karyanya di bidang Al-Qur’an dan tafsir, Prof M Quraish Shihab dikenal sebagai cendikiawan Islam Nusantara yang sangat dihargai dan dihormati.

Meskipun bukan satu-satunya pakar Al-Quran, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan Al-Quran dalam ranah kontemporer atau modern membuatnya lebih dikenal. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai ulama dengan sikap sangat tawaḍu’, pasalnya ia tidak ingin dirinya disebut habib meskipun nasabnya tersambung sampai kepada Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallam.

Advertisements

Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada 16 Februari 1944 M. Quraish Shihab merupakan putra keempat dari 12 bersaudara. Ibunya, Asma Aburisy dan ayahnya, Abdurrahman Shihab yang merupakan keturunan keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin dengan marga al-Shihabuddin.

Sejak kecil, Quraish Shihab sudah dididik dan ditanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an oleh orang tuanya. Ia juga terpengaruh oleh ayahnya yang merupakan Guru Besar Ilmu Tafsir di IAIN Alauddin Makasar untuk mendalami Ilmu Tafsir semasa hidupnya.

Quraish Shihab berangkat ke Kairo, Mesir pada 1958 M dengan bantuan beasiswa Pemerintah Sulawesi Selatan. Ia mengenyam pendidikan di Mesir dari kelas II Tsanawiyah setelah sebelumnya belajar di Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang.

Pada 1967 M, Quraish Shihab berhasil meraih gelar Lc (Licence/ setara dengan S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits di Universitas Al-Azhar. Pada fakultas yang sama, ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Qur’an dengan tesis yang berjudul Al-I’jaz Al-Tasyri’iy li Al-Qur an Al-Karim.

Sepulang dari Mesir pada 1980 M, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan di IAIN Alaudin Makasar. Namun tak lama kemudian, ia berangkat lagi ke Mesir untuk melanjutkan program doktoral di kampus yang sama, Universitas Al-Azhar.

Quraish Shihab menyelesaikan program doktoral selama dua tahun dengan disertasi berjudul Naẓm Al-Durār li Al-Biqā’iy, Tahqīq wa Dirāsāh dan yudisium yang sangat bagus yakni summa cum laude disertai penghargaan tingkat I (Mumtāz ma’a martabati al-syarraf al-‘ūlā). Selain itu, Quraish Shihab tercatat sebagai orang pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an di Universitas Al-Azhar.

Setelah kembali ke Indonesia, Quraish Shihab mengajar di Fakultas Ushuluddin dan Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain mengajar di kampus, ia juga mendapatkan amanah menduduki beberapa jabatan penting, antara lain lain; Ketua MUI pusat 1984-1998 M, Anggota MPR-RI 1982-1987 dan 1987-2002, Menteri Agama RI pada 1998, Anggota Lajnah Pentashih Al-Qur’an Departemen Agama sejak 1989 M, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional sejak 1989 M, Menteri Agama Kabinet Pembangunan VIII 1998 M, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Pada tahun 1999-2002 Quraish shihab terpilih sebagai Duta Besar di Mesir dan Jibouti.

Selain itu, Quraish Shihab juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Saat ini, selain aktif dalam menulis baik di media massa maupun cetak, Quraish Shihab juga sering tampil di berbagai siaran media untuk memberikan siraman ruhani dan intelektual. Quraish Shihab juga masih aktif dalam menyelesaikan persoalan dunia Islam Internasional melalui Majlis Hukama’ Al-Muslimin yang dipimpin oleh Grand Syaikh Al-Azhar, Syaikh Dr. Ahmad El-Tayeb, dengan beranggotakan 15 orang dari beberapa ulama terkemuka di dunia.

Aktivitas utama Quraish Shihab sekarang adalah Dosen (Guru Besar) Pasca-Sarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta, dan pengurus Pondok Pesantren Bayt Al-Qur’an, Jakarta.

Quraish Shihab menikah dengan Fatmawati Assegaf dan dikaruniai lima orang anak. Di antara putrinya yang terkenal adalah Najwa Shihab yang akrab disapa Mbak Nana, kritikus politik sekaligus tokoh inspirasi wanita Indonesia atas prestasi dan kepiawaiannya dalam menyuarakan pendapat. Empat anak lainnya yang juga merupakan pendorong atas kesuksesan Quraish Shihab yakni Najeela Shihab, Nasywa Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab.

Karya-karya M Quraish Shihab

Mahakaryanya yang fenomenal adalahTafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (1984), Tafsir al-Misbah: Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2000), dan Membaca Sirah Nabi Muhammad saw Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis Shahih (2011). Selain itu, ada lebih dari 60 buku Quraish Shihab yang telah tersebar luas hingga saat ini.

Di antara karya-karyanya tersebut yaitu: Tafsir Al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya, Mahkota Tuntutan Ilahi: Tafsir Surah al-Baqarah, Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib, Tafsir Al-Qur’an al-Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Ibadah dan Mu’amalah, Menabur Pesan Ilahi: al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Al-Lubab:  Makna, Tinjauan, dan Pelajaran dari Al-Fatihah dan Juz‘amma, dan masih banyak lagi.

Walaupun disibukkan dengan berbagai aktivitas baik akademik maupun nonakademik, Quraish Shihab masih sempat menulis dan termasuk penulis yang produktif. Selain didedikasikan untuk mengajar dan mendalami Al-Qur’an dan tafsir, ia juga mendedikasikan hidupnya untuk menulis.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan