Memadamkan Api Radikalisme dengan Percikan Moderasi Beragama

1,448 kali dibaca

Radikalisme saat sekarang menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia sebab dinilai sangat meresahkan masyarakat dan membahayakan keutuhan bangsa. Gerakan Islam radikal berkecambah subur dalam konteks politik. Ia berusaha bangkit melawan negara bangsa (nation state) dengan menjadikan Islam sebagai tameng baik berskala global semacam Khilafah Islamiyah maupun skala nasional seperti Daulah Islamiyah.

Fenomena demikian membuat gerakan Islam moderat penting hadir sebagai antitesis sekaligus menawarkan formula hubungan Islam dan negara bangsa yang lebih memadai. Menurut Abdul Jamil Wahab dalam bukunya Islam Radikal dan Moderat (2019), kalangan moderat mengembangkan metode berpikir dialektis dengan menggunakan ushul fiqh (legal philosophy) dan qawa’idul fiqh (legal theory) sebagai metodologinya.

Advertisements

Daripada mengejar idealisme dengan mendirikan negara Islam, kalangan ini lebih memilih mendirikan negara bangsa. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih bahwa menghindari keburukan lebih diutamakan dari memperoleh kebaikan.

Bagi mereka, Negara Islam adalah kebaikan. Namun, jika kehadirannya di Indonesia akan menimbulkan kemudaratan, mengingat bangsa majemuk tidak bisa dikelola oleh negara berbasis agama, maka menghindari pendirian negara Islam itu merupakan keutamaan.

Benih Radikalisme

Latar belakang lahirnya gerakan Islam radikal setidaknya disulut tiga sebab. Pertama, adanya paham takfiri yang memutlakkan pendapat kelompoknya sebagai yang paling benar dan menuduh pihak lain telah kafir hingga harus diperangi. Kedua, reaksi terhadap masalah-masalah yang mengiringi modernisasi yang dianggap keluar dari ajaran Islam. Ini merupakan buah dari benturan antarbudaya. Ketiga, kekacauan politik di beberapa negara dalam konteks transisi menuju demokrasi. Instabilitas tersebut diyakini karena penerapan sistem demokrasi sekuler.

Sistem Islam dianggap akan lebih dapat menjamin stabilitas. Untuk menerapkan sistem Islam, kelompok radikal tidak jarang menggunakan tindak kekerasan yang berujung pada gerakan terorisme. Melalui upaya itu, mereka berharap bisa menebar ketakutan di masyarakat, mengganggu stabilitas keamanan, mencari simpati, dan dukungan publik.

Sebab itu penanganan radikalisme dan terorisme tidak cukup dengan menangkap pelakunya, tapi perlu mengikis akar dan sumber penyebab mereka menjadi radikal. Dalam perspektif ini, penanggulangan terorisme perlu melihat mereka sebagai korban dari paham dan ideologi yang penuh kebencian, permusuhan, dan dendam.

Mencegah Radikalisme

Salah satu upaya strategis dan penting dalam melawan penyebaran paham radikalisme adalah dengan meningkatkan pemahaman keagamaan yang moderat, yaitu sikap yang menekankan penanaman sikap dasar keagamaan yang menghargai toleransi, keseimbangan, serta pemahaman Islam yang rahmatan lil alamin. Islam moderat merupakan pilihan realistis untuk masyarakat Indonesia.

Sikap moderat dalam beragama memiliki semangat dialog dan kesediaan untuk saling berbagi menerapkan prinsip kebersamaan sehingga bisa berkoeksistensi dengan kelompok lain. Moderasi beragama sejalan dengan pluralisme dan interdependensi antarmanusia sebagai prinsip sosial yang tidak bisa ditolak.

Dalam bentuk yang lebih operasional, moderasi beragama dapat ditunjukkan dalam sikap keagamaan yang memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu menerima bentuk negara ketuhanan dengan menolak bentuk negara sekuler dan negara teokrasi; Pancasila sudah final sebagai asas berbangsa dan bernegara; memiliki sikap toleransi dengan menerima adanya pluralitas dan keragaman agama dan keyakinan di Indonesia; serta memilih pendekatan dialog dan cara damai dalam menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat dan menjauhi cara-cara kekerasan.

Moderasi beragama ini harus menjadi moralitas publik. Ini membutuhkan partisipasi semua pihak. Gagasan dan gerakannya harus bersifat top down sehingga bisa didiskusikan di internal kelompok agama-agama. Untuk percepatan dan penguatan moderasi beragama di masyarakat, dibutuhkan peran aktif tokoh agama dan masyarakat sebagai penyebar gagasan sekaligus teladan.

Pada suatu sisi, melalui deskripsi Islam radikal yang disosialisasikan pemerintah atau organisai kemayarakatan, masyarakat diharapkan dapat mengidentifikasi paham dan gerakan tersebut kemudian mengisolasinya sehingga dapat menghalangi tumbuhnya bibit terorisme-radikalisme. Agar efektif, gerakan sosialisasinya harus masif dan menggunakan beragam media.

Pada sisi lain, sambil lalu menjelaskan Islam radikal dengan varian bahayanya, ia sekaligus merupakan bagian dari upaya mensosialisasikan Islam moderat yang selama ini kurang disosialisasikan. Dengan informasi yang utuh tentang kedua gerakan tersebut, sejak dari pikiran masyarakat paham dan bergerak atas dasar pengetahuan dan kesadaran sehingga sel-sel radikalisme sulit tumbuh di benak mereka sekaligus mendorong mereka meredam api radikalisme yang mulai disulut di sekitar mereka.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan