Melihat Kembali Kontribusi Pemikiran dan Peradaban Islam pada Dunia

2,009 kali dibaca

Islam hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah, melalui Nabi Muhammad saw banyak sekali mengalami pergejolakan. Akan tetapi, untuk selanjutnya Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru jagad. Setelah masa Rasulullah saw, yang kemudian dilanjutkan oleh masa khulafaurrasyidin dan dinasti-dinasti Islam yang muncul sesudahnya, telah berhasil membangun peradaban dan kekuatan politik yang menandingi dinasti besar lainnya pada masa itu, yakni Bizantium dan Persia.

Dalam perkembangan peradaban dunia, memang Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangannya sejak dari zaman Rasulluah hingga kini. Islam telah banyak memberi kontribusi terhadap dunia. Dari masa zaman Rasulullah, Islam mengubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawanya.

Advertisements

Demikian Islam telah menorehkan tinta emas pada sejarah kehidupan umat manusia. Dan sebagaimana Islam yang datang sebagai rahmatan lil alamin, sehingga Islam mampu berdiri tegak pada setiap masa dan kurun waktu. Realitas spiritual dan metahistorikal yang mentransformasi kehidupan lahir dan batin dari beragam manusia di dalam situasi temporal maupun ruang yang berbeda. Dan secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan beberapa aspek pada peradaban dunia.

Syahdan, setelah selesai masa kenabian yang ditutup dengan wafatnya Rasulullah, perkembanan dan pemikiran peradaban Islam dalam sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian. Varian-varian itu berupa metode, visi, dan kerangka berpikir yang berbeda dari pemikiran yang satu dengan pemikiran lainnya. Manusia hidup di dunia menjalaninya sesuai dengan apa yang dipahami terhadap kehidupan dunia. Begitu juga sebagai muslim dituntut agar kehidupannya sesuai dengan aturan Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Namun, seiring dengan sejarah yang dilalui oleh peradaban Islam, kaum muslimin mengalami berbagai perkembangan pemikiran. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah muncul sejak Rasulullah sampai pada masa Khulafaur Rasyidin. Pada saat itu perbedaan pemikiran tidak begitu mencolok. Tetapi, pada masa Umayah dan Abasiyyah mulai terasa ada perbedaan visi pemikiran. Aliran Al-Ra’yi dan Hadis adalah dua visi pemikiran yang sangat mencolok pada saat itu, di samping pemikiran moderat sebagai antitesis dari kedua visi pemikiran tersebut.

Berbagai perluasan wilayah kekuasaan peradaban Islam mengakibatkan berbagai bangsa dan kebudayaan bergesekan dengan khazan ke-2 Masehi yang tercatat bahwa, kekuasaan kaum muslimin telah meliputi wilayah Syam hingga sebagian daerah Afrika. Bertemunya kaum muslimin dengan pemikiran dan filsafat yang dipegang oleh bangsa di luar Arab menjadikan mereka berinteraksi dengannya, sekaligus mempelajari pemikiran yang baru dikenalnya.

Setelah interaksi para pemikir Islam dengan pemikiran dan kebudayaan yang baru, muncul ahli-ahli kalam dan para filosof yang mereka berasal dari anak kaum muslimin. Kita mengenal beberapa para pemikir yang populer di tengah-tengah sejarah perkembangan ilmu kalam dan filsafat. Misalnya, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Kindi, dan Al-Farabi. Hingga kini karya-karya mereka masih dipelajari oleh para penuntut ilmu, khususnya di bidang filsafat dan ilmu kalam.

Para pemikir muslim dapat menghasilkan banyak karya yang sangat berharga bagi generasi setelahnya. Motivasi beramal untuk kehidupan setelah mati adalah yang mendorong para pemikir, fuqaha, dan ulama mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk menghasilkan karya yang dapat dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat. Semakin banyak karya yang bermanfaat dihasilkan, maka bertambah banyak pula investasi seorang muslim dalam amal jariyah setelah meninggalkan kehidupan dunia.

Namun, setiap peradaban ada umurnya. Salah seorang filosof muslim mengatakan bahwa sebuah peradaban akan berlalu seperti manusia yang hidup sampai mati. Peradaban dunia tidak ada yang kekal. Artinya, semua peradaban akan diganti oleh peradaban yang lain dalam memimpin dan mengendalikan dunia. Pada zaman keemasan peradaban Islam telah dilahirkan banyak ilmuan dan para pemikir yang andal. Dan melalui buah pikiran mereka kaum muslimin menjadi pemimpin dunia dengan kekuasaan 2/3 dunia.

Sekian lamanya Islam melakukan penyebaran ajarannya, hingga lebih dari 14 abad lamanya. Tentunya, dari masa perjuangan tersebut telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini walaupun sudah tidak ada lagi kekuasaan Islam yang mutlak. Karena Islam dalam ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang ada.

Para tokoh Islam klasik yang telah membangun peradaban di masa itu, dan tidak dilakukan oleh orang-orang Barat pada masa kegelapan, adalah dengan mempelajari dan mempertahankan peradaban Yunani kuno, serta mengembangkan buah pemikirannya untuk menemukan sesuatu yang baru dari segi filsafat dan ilmu pengetahuan.

Seorang pemikir orientalis Barat, misalnya Gustave Lebon, mengatakan, bahwa orang Arablah yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad. Hingga peradaban Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang, khususnya bagi dunia Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia.

Kontribusi besar tersebut antara lain: pertama, sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.

Kedua, kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat. Ketiga, sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke dunia barat. Keempat, karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.

Kelima, para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance. Keenam, lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas yang ada di Eropa. Ketujuh, para ilmuwan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah Romawi-Persi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan. Kedelapan, sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat. Kesembilan, para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa.

Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi, Islam telah mampu mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan, bangsa Barat pada masa itu masih terdapat berbentuk tetap (stereotipe) yang memisahkan antara akal dan iman serta filsafat dan agama.

Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan alam.

Hingga akhirnya, filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama Averoisme Paris. Pada saat yang sama, terjadi perubahan kecenderungan pemikiran dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai pemikiran Islam.

Sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan, karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini masih dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya.

Dengan demikian, umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khazanah Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata” yang sementara ini telah mereka pinjam. Wallahu a’lam…

Multi-Page

Tinggalkan Balasan