LANGKAH HAJAR DI PADANG TAK BERNAMA
Siti Hajar, perempuan langit
Yang berlari bukan karena takut
Tapi karena iman menuntunnya
Melewati dua bukit sunyi
Air tak ia cari untuk dirinya
Tapi untuk nyawa si kecil
Yang belum tahu bahwa hidup
kadang berawal dari haus

Tujuh kali langkahnya
Adalah puisi pertama
Yang ditulis di atas pasir
Dengan tinta air mata dan harap
UJIAN DARI TUHAN
Ibrahim menggenggam pisau
Seperti menggenggam dunia:
Dengan gemetar
Karena cinta bisa sangat berat
Anaknya tersenyum
Seperti tahu bahwa
Tuhan sedang menguji langit
Dengan jantung manusia
Dan pisau itu menolak
Menjadi alat pengorbanan
Karena ia tahu
Ketaatan lebih tajam dari mata baja
DOA YANG MENETES DI UJUNG TAKBIR
Takbir berkumandang,
Tapi bukan hanya di langit masjid
Melainkan di dada-dada yang
Diam-diam sedang menyembelih egonya sendiri
Di antara darah hewan
Ada air mata ibu
Yang memasak dengan bahan seadanya
Agar anaknya tetap merasa merdeka
Idul Adha bukan hanya perayaan
Tapi pelajaran
Bahwa sabar bukan menunggu
Melainkan rela memberi tanpa tanya kapan kembali
PENGORBANAN YANG TAK TERLIHAT
Aku tak membawa sapi
Tak punya kambing atau domba putih
Tapi tiap malam aku baringkan hatiku
Di hadapan Tuhan
Aku ikat mulutku
Agar tak menyakiti yang lemah
Aku tahan tanganku
Agar tak merampas hak orang lain
Kurban terbesarku bukan binatang
Melainkan diriku yang selalu ingin menang
Dan aku sembelih itu perlahan
Dengan pisau kesadaran
TUBUH YANG KURELAKAN TAK KEMBALI
aku bukan Nabi
Bukan pula malaikat yang taat tanpa tanya
Aku hanya tubuh biasa
Dengan luka yang belum sempat sembuh
Dan cinta yang tak pernah utuh
Bukan karena aku kuat
Tapi karena aku tak ingin menang sendiri
Pengorbanan bukan tentang siapa yang mati
Tapi siapa yang rela hidup tanpa bagian terbaik dari dirinya
Demi orang lain yang bahkan tak tahu apa-apa
Aku rela bukan karena tidak butuh
Tapi karena tahu
Tuhan menumbuhkan kembali
Apa pun yang kita ikhlaskan hilang
Sumber ilustrasi: hajji.com.