LAGU SUMBANG TAMBANG
terdengar lagi lagu sumbang itu
dari pulau-pulau hijau
yang pohon-pohonnya ditebang
dan tanah-tanahnya dilubang

yang jantung warnanya
digelapkan oleh sihir kekuasaan
yang ketenangan wujudnya
diriuhkan mesin-mesin raksasa
terdengar lagi jerit burung-burungnya
terdengar lagi luka tercabik udaranya
terdengar lagi gedebam runtuh tubuh akarnya
terdengar lagi lagu sumbang nyanyi anginnya
terdengar segala sunyi airmata
yang mukul ke dalam hati
begitu marak merusak bunyi nada
begitu sesak merawan ngeri
2025.
PUISI BULDOZER
buldozer itu sudah siap melumat tubuhmu
sudah siap merobek jantungmu
sudah siap menenggelamkan dirimu
sudah siap meraung lempar nyawamu
2025.
DAN HUTAN ITU PUN BERKEMAS
dan hutan itu pun berkemas
kabarnya akan pergi meninggalkan pulau
ke bandar-bandar di kota bermenara tinggi
tak ada secarik pesan kecuali ketandusan
dan kekosongan yang memukul dada
begitu hitam isaknya membawa kelam
2025.
POHON YANG TERGOLEK LESU
sebatang pohon tergolek lesu
di atas bumi
yang memperebutkan sepi
begitu diam dan bisu
daun-daun dan akarnya
tercabut dari jantung mata air
pemandangan itu hanyalah seonggok
tanah air yang dirampok
menenteng sejarah yang kalah
tergolek lesu nasibnya
seperti wajah berairmata
seperti puisi yang gagal dinyanyikan
2025.
DI MATAKU AGAMA SEMAKIN SAMAR
di mataku agama semakin samar
tidak lagi menyuburkan nilai-nilai benar
tapi menyuburkan tambang-tambang
menumbangkan hutan-hutan
agama yang mengajarkan
hamba fakir di mata Tuhan
merasa fakir di mata dunia
sehingga rela mengorbankan alam
demi kepentingan-kepentingan
di mataku agama semakin samar
berbicara kebenaran tapi
bermain politik kekuasaan
beretorika pembenaran
atas kemungkaran pada manusia dan alam
sungguh kurindukan cahaya pada mataku
untuk melihat warisan agama yang luhur
memuliakan manusia dan alam
menggunakan politik demi menjaganya
bukan merusaknya beramai-ramai
2025.
Sumber ilustrasi: petrotime.