Kontemplasi Hidup ala Franz Magnis Suseno

581 kali dibaca

Tatkala hidup kita semakin menapak taraf lebih tinggi, halangan dan cobaan yang beragam dan beresiko lebih dominan siap menghampiri. Kehidupan laksana sebatang pohon. Terpaan angin saat ia masih kecil tak begitu membahayakan. Tapi, seiring perputaran cakrabuana membuatnya ter-evolusi menjadi pohon yang menjulang rindang, hempasan angin dari berbagai arah terasa lebih mencekam bahkan berpotensi menjadikannya tumbang.

Realita akan aneka ciptaan yang terhampar di lingkungan sekitar, sebenarnya memendam secercah kesamaan dengan pergulatan kehidupan yang tengah kita jalani sekarang. Kesimpulan sejenis ini akan kita tuai, jika kita giat merenungkan fenomena alam dalam rangka memburu pesan Tuhan.

Advertisements

Sebagaimana catatan sejarah memaparkan bahwa merenung ternyata sudah diaplikasikan oleh para filsuf Yunani kuno dengan orientasi mencari kebenaran. Bahkan sang revolusioner dunia, kanjeng Rasulullah SAW ketika berkhalwat di gua Hira` begitu rajin merenungkan keadaan masyarakat Quraisy yang bertambah jauh dari nilai-nilai moral.

Semestinya kita tumbuhkan kesadaran lewat proses perenungan bahwa zaman senantiasa siap menyuguhkan ujian dan rintangan lebih menggetarkan di setiap tahap usia dalam mengarungi kehidupan. Ragam masalah lambat tapi pasti akan menghimpit kita, bermacam tugas dan amanah serta tanggung jawab akan berdatangan menindih kita sehingga aktualisasi usaha ekstra harus kita canangkan untuk mengembannya.

Sepintas diperhatikan, semakin usia kita meningkat sejengkal demi sejengkal, kuantitas urusan di sela-sela keseharian terus menumpuk dan memaksa kita untuk berinteraksi dengannya sebagai langkah penyelesaian tanpa kenal sesi penundaan sehingga ia terkesan sering preventif terhadap kita untuk menikmati kebebasan.

Inklinasi hipotesa ini gemar mengarah pada orang-orang yang berpikir dangkal. Mungkin menurut perspektif mereka, manifestasi kebebasan terpaku pada rajutan kenikmatan. Jikalau statemen tersebut begitu nyata dalam kancah kehidupan, berarti dapat kita petik konklusi bahwa ia merupakan generasi dari paham hedonisme yang pernah bersemayam dalam persepsi sebagian filsuf Yunani terdahulu.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan