Kiai Ahmadi Ramli dan Kursus Bahasa Inggrisnya

387 kali dibaca

Bagi yang pernah nyantri atau yang pernah belajar di sebuah pondok pesantren tentu mengenal sebuah konsep barokah. Pendidikan bisa didapatkan di mana saja. Namun, belum tentu semua pendidikan mempercayai adanya konsep barokah. Inilah yang membedakan pendidikan pesantren dengan pendidikan yang ada di luar pesantren. Maka tidak heran bila santri produk pesantren hingga kini masih terus menyakini adanya  barokah sehingga mereka terus menjaga ketersambungan ikatan batin antara guru dan murid.

Demikian pula dengan santri-santri Radian English Course (REC) yang ada di Waru Barat (West Waru) ini. Mereka—para santri—tetap menjaga keterikatan antara guru dan murid dalam rangka menjaga hubungan emosional (batin) agar kelak mendapatkan barokah para guru. Para santri dibekali pendidikan (tarbiyah) yang lebih menomorsatukan pembentukan karakter dan emansipatoris agar kelak dapat menjadi manusia yang dibanggakan umat di tengah deru kebisingan kehidupan modern.

Advertisements

Radiant English Course (REC) yang didirikan pada 12 Juni 1996 ini adalah lembaga kursus bahasa Ingris berbasis pesantren yang ada di Pulau Madura. Terletak di Desa Waru Barat (West Waru), Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Lembaga ini didirikan oleh Kiai Ahmadi Ramli —izinkan saya memanggil beliau dengan sebutan kiai, meskipun sebagian masyarakat ada yang memanggilnya dengan Ustaz Ahmadi. Bagi yang pernah ke Pasar Waru, REC ini terletak kurang lebih 50 miter ke arah timur dari Pasar Waru.

Kiai Ahmadi, sebelum mendirikan REC, bersama ayahandanya, Kiai Ramli, terlebih dahulu melakukan laku tirakat, yakni berpuasa selama satu tahun. Menurut penuturan Ustaz Saman, Manajer REC, bahwa tujuan melakukan puasa itu adalah agar kelak para santri tidak hanya mampu bercakap bahasa Ingris dengan fasih semata, sementara belum mampu mencerminkan kasalehan sosial dalam konteks kesehariannya. Lebih dari itu agar bisa menjadi santri dengan kesalehan sosial dan individual secara paripurna, yang berguna bagi bangsa dan agama.

Ada sebuah laku spiritual Kiai Ahmadi Ramli yang istikamah dijalankan. Beliau terkenal konsisten tidak pernah putus wudhu setiap mengajar. Kalaupun putus, seperti karena kentut atau mau buang hajat, maka sesegera mungkin memperbaharui wudhunya kembali.

Sementara itu, metode mengajar Kiai Ahmadi Ramli mungkin saja mudah diduplikasi oleh para santrinya, tetapi tidak demikian dengan konsistensi beliau dalam menjaga wudhu agar tidak putus. Menjaga kualitas wudhu agar tidak putus bukanlah perkara mudah. Inilah salah satu yang membedakan REC dengan lembaga kursus bahasa Ingris pada umumnya.

Bagi kalangan santri, kebiasaan baik Kiai Ahmadi tersebut adalah sebuah laku tirakat, yang bukan hanya untuk dirinya semata, melainkan untuk para santri agar setelah sekembalinya ke kampung halaman masing-masing bisa menjadi leader di daeahnya tersebut. Terbukti, beberapa lulusan pesantren asuhan Kiai Ahmadi Ramli berhasil dan banyak yang melanjutkan kuliah di sebuah universitas-universitas ternama di Indonesia, seperti UGM Yogyakarta hingga ke universitas-universitas di luar negeri seperti Australia, Mesir, Yaman, dan beberapa negara lainnya.

Selain itu, ada beberapa santri yang memutuskan diri untuk membantu perekonomian keluarga. Mereka mencoba masuk dan bergabung dengan orang-orang yang bekerja di sebuah kapal pesiar atau pelayaran samudra. Mayoritas para santri lulusan REC banyak yang berhasil dan sukses untuk mewujudkan mimpi sesuai dengan doa yang diimajinasikan dalam segala situasi dan kondisi, khususnya pasca-salat. Sehingga doa-doa itu memancarkan energi positif yang dengannya ia bisa merasakah mimpi-mimpi itu dalam wujud realita. Semua itu adalah berkat dari doa para pendiri pesantren dan juga para guru. Itulah yang dikenal dengan barokah.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan