Ketika Santri Menjadi Peneliti

768 kali dibaca

Ketika saya aktif menjadi santri di Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, Madura terlintas di benak saya dan di pikiran teman-teman lainnya terkait fonomena di sekitar pesantren. Kami, para santri, sudah mempelajari perihal tumbuh-tumbuhan semisal monokotil, dokotil, generatif, vegitatif, fotosintesis, dan lain sebagainya. Tentu saja pemahaman tersebut hanya sebatas tekstual, tanpa lebih jauh meneliti ke tingkat yang lebih kompleks dan realistis.

Setiap saya jalan-jalan di sekitar pesantren, di pagi hari selepas kegiatan subuh, olah raga yang simpel, murah, dan hemat adalah berjalan pagi. Udara yang masih segar dengan oksigen perdesaan yang bersih menjadikan santri hidup sehat dan tidak ada masalah dengan kesehatan. Nah, di saat itulah saya melihat fenomena alamiah bahwa tanaman jagung di bawah tiang listrik yang terdapat cahaya lampu terlihat lain dari tumbuhan jagung lainnya.

Advertisements

Hal ini ini menjadi bahan diskusi di antara kami sebagai santri. Tentu saja dengan segala pengetahuan yang terbatas, begitu juga dengan pemahaman yang tidak dapat dibuktikan dengan cara ilmiah.

“Itu karena cahaya lampu mengandung bahan kimia,” kata teman saya bersemangat.

“Kimia apa yang dikandungnya?” tanya kawan lainnya.

“Nah, itu yang perlu penelitian lebih lanjut,” jawabnya berdiplomasi bagai seorang peneliti.

Hingga akhirnya diskusi itu hanya sampai pada perkiraan dan dugaan saja. Tidak sampai pada penelitian yang saksama, terorginisasi, dan terfokus terkait dengan fenomena alamiah ini. Karena pada waktu itu, laboratorium tempat penelitian belum tersedia. Atau pun juga disebabkan karena sumber daya daya manusia di pesantren masih terbatas. Tetapi saat ini, di PP Annuqayah sudah terpenuhi peralatan untuk sebuah penelitian, termasuk juga terkait dengan tanaman jagung yang tidak berproduksi atau berproduksi ketika terkena cahaya lampu yang intensitasnya cukup besar.

Kemarin, Jumat, 28 Mei 2021, kami, santri alumni MA I Annuqayah 1993, mengadakan acara silaturrahmi di rumah H Afif Abu Thoriq. Di depan rumah teman saya ini terdapat tanaman jagung yang cukup besar, berbeda jauh dengan lainnya, tetapi tidak berbuah atau tidak menghasilkan biji jagung. Di depan rumah teman saya tersebut dipasang lampu led cukup banyak. Ditengarai, disebabkan cahaya lampu tersebut tanaman jagung tidak berproduksi, sebagaimana yang saya lihat di pondok dulu.

Kemudian saya mencoba browsing dan mencari jawab atas teka-teki permasalahan di atas. Dari beberapa artikel yang saya baca, ternyata ada kekhasan tanaman yang mampu menerima cahaya. Jika ada tanaman yang terkena cahaya secara terus-menerus, maka tanaman tersebut tidak dapat berproses dalam pembuatan makanan (fotosintesis). Termasuk tanaman jagung, tidak bisa terkena cahaya secara terus menerus. Jika ini terjadi, maka tanaman khas Madura tersebut tidak dapat menghasilkan biji.

Itu saja pengalaman saya sebagai peneliti di saat menjadi santri. Bahwa sebenarnya tidak sedikit fenomena alamiah yang dapat dijadikan fokus pemikiran yang dalam bahasa agama (Islam) disebut tadabbur, tafakur, dan iktibar. Hakikatnya, apa yang telah diciptakan Allah pasti ada hikmahnya. “Tidaklah Allah menciptakan (menjadikan) sesuatu itu sia-sia melainkan ada hikmahnya,” (QS.Ali Imran ayat 191).

Wallahu A’lam bis Shawab! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan