Karomah Mbah Dimyati

2,789 kali dibaca

KH Dimyati Rois, pengasuh Pesantren Al-Fadhlu wal Fadhilah, Kaliwungu dan Musytasar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), telah wafat pada Jumat, 10 Juni 2022. Memang, Mbah Dim (demikian Beliau biasa dipanggil) telah meninggalkan kita untuk selamanya. Namun, cahaya pengetahuan, oase ilmu, dan karomah Beliau masih dapat kita saksikan dan rasakan hingga waktu yang tak terbatas. Karena ilmu adalah salah satu hal yang masuk dalam amal jariyah, amal yang pahala dan hikmahnya akan tetap selalu mengalir hingga yaumul qiyamah.

Salah atu karomah Mbah Dimyati, sebagimana dilansir dari media pemalang.com, adalah suatu kejadian yang di luar nalar. Pada akhir 1970-an, Mbah Dimyati memiliki suatu keperluan untuk datang ke Jakarta. Setelah mengunci kamar dari kediaman di area Pesantren Al-Fadhlu di Kaliwungu, Beliau pun berangkat menuju tempat tujuan. Tidak ada firasat apa-apa, baik saat berangkat, ketika ada di Jakarta, maupun saat pulang kembali ke kampung halaman.

Advertisements

Hingga ketika Mbah Dimyati sampai di rumah dan membuka kamar dengan kunci yang Beliau bawa, tiba-tiba di kamar Beliau ada sebuah koper. Mbah Dimyati yakin betul kalau koper itu bukan miliknya. Hingga kemudian, Mbah Dim menyuruh seluruh pengurus pesantren untuk mencari siapa si empunya koper tersebut. Setelah sekian lama menghubungi para santri, tidak ada satu pun santri yang merasa memiliki koper tersebut.

Karena tidak ada yang mengaku sebagai pemilik koper, akhirnya Mbah Dim membuka koper tersebut. Maka ditemukan di dalamnya sebuah ijazah yang dikeluarkan oleh Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif, Denanyar, Jombang beserta uang sejumlah Rp 3.000. Mbah Dim tidak terlalu memikirkan bagaimana bisa koper tersebut tiba-tiba ada di dalam kamarnya. Yang terpenting bagi Mbah Dim, bagaimana secepatnya Beliau mengembalikan koper beserta isinya (Ijazah dan uang Rp.3000) kepada pemiliknya.

Tanpa pikir panjang, Mbah Dimyati bertolak menuju Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang, yang pada saat itu dipimpin oleh KH Bisri Syansuri. Di hadapan pengasuh pesantren ini, Mbah Dim mengutarakan tujuan dan maksudnya, bahwa Beliau telah menemukan koper yang berisi ijazah dan uang Rp. 3000. Kemudian KH Bisri Syansuri memanggil putra sulungnya, KH Ahmad Bisri, yang diberi tugas untuk mengelola pesanren.

Kemudian KH Ahmad Bisri memanggil santri yang namanya tertera di lembar ijazah. Setelah santri itu sampai di hadapan KH Bisri Syansuri, kemudian ditanya apakah kehilangan koper beserta ijazah dan uang Rp. 3000. Akan tetapi santri itu tidak merasa kehilangan apa-apa. Koper yang ia punya masih ada di kamar pondok. Kemudian KH Bisri meminta santri itu mengecek kembali kopernya.

Santri itu pun mematuhi perintah Kiai Bisri. Tidak berapa lamanya, santri itu kembali dan mengatakan bahwa ia telah kehilangan koper berserat ijazah dan sejumlah uang. Akhirnya koper itu pun diserahkan kepada santri tersebut. Suatu kejadian yang di luar logika dan tidak masuk akal. Tetapi, bagi Mbah Dim hal itu dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja. Bahkan Mbah Dim mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

“Barangkali Allah swt berkenan mengenalkan saya dengan Mbah Bisri,” demikian ungkapan syukur Mbah Dim karena dipertemukan dengan Kiai Bisri yang Beliau hormati dan ta’dhimi.

Itulah karomah dari Mbah Dimyati terkait koper nyasar yang tidak diketahui asal usulnya. Karomah adalah kajadian yang tidak logis, di luar logika yang terjadi pada ulama. Mbah Dimyati adalah salah satu ulama besar yang beberapa hari yang lalu telah wafat, meninggalkan kita semua. Inna lillahi wainna ilaihi roji’un, Insya Allah, Mbah Dim termasuk ke dalam ahli surga. Aamiin! Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan