Kalijaran: Jejak Perjuangan Pendidikan dari Mbah Hisyam

521 kali dibaca

Pada abad ke-10 Masehi bisa dibilang kejayaan Islam mencapai puncaknya. Hal tersebut dibuktikan dengan lahirnya para ulama terkemuka yang menjadi penopang ilmu-ilmu sains pada masa itu. Salah satu contohnya adalah Abu’l-Hasan al-Qurthumiah.

Ia merupakan seorang ulama yang juga sebagai matematikawan asal Persia. Salah satu karya terbesarnya adalah Kitab al-Qurthumiah. Dalam kitab ini, ia memperkenalkan sistem bilangan desimal menggunakan angka 0 hingga 9, yang saat itu dikenal sebagai sistem bilangan Hindu-Arab yang digunakan secara luas di seluruh dunia.

Advertisements

Selain itu, al-Qurthumiah juga membahas operasi matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan sistem bilangan desimal ini. Karyanya ini memiliki dampak penting dalam perkembangan matematika pada zamannya, dan pemahaman tentang sistem bilangan desimal yang diajarkan oleh al-Qurthumiah masih relevan hingga saat ini.

Karya ini mencakup berbagai aspek matematika, termasuk aljabar, teori bilangan, dan geometri. Salah satu kontribusinya yang penting adalah pengenalan algoritma untuk menyelesaikan persamaan kuadratik, yang kini dikenal sebagai algoritma al-Qurthumiah.

Di Indonesia, salah satu ulama yang tekun mempelajari Kitab al-Qurthumiah adalah KH Hisyam Abdul Karim atau Mbah Hisyam Kalijaran. Tidak hanya konsen terhadap ilmu-ilmu fikih dan tasawuf, namun ia juga dikenal sebagai seorang ulama ahli falak atau astronomi.

Mbah Hisyam lahir pada 8 Agustus 1909 di Purbalingga, Jawa Tengah, dan memiliki garis keturunan ilmiah yang terhubung dengan beberapa ulama ternama, seperti Syekh Imam Nawawi al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib Sambas, dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Mbah Hisyam Kalijaran juga memiliki keterkaitan yang erat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ia merupakan kakek dari Siti Atiqoh Supriyanti atau akrab disapa Ning Atiqoh, istri dari Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah.

Mbah Hisyam dikenal sebagai ulama pejuang karena memang turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Selain itu, Mbah Hisyam mendirikan Pondok Kalijaran, sebuah pesantren yang eksis hingga kini. Nama “Kalijaran” kemudian disematkan pada nama belakang Mbah Hisyam.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan