Inisiasi Tarekat Akademik Generasi Milenial

858 kali dibaca

Perabadan masyarakat mendatang, khususnya di Pulau Madura, akan bergantung pada kualitas generasi milenial yang sangat akrab dengan teknologi informasi yang hidup di era tampa batas (borderless age). Madura sebagai komunitas sosial masyarakat memiliki social capital dan natural resources yang menjadi tumpuan masa depan bangsa.

Modal sosial tersebut antara lain adat istiadat yang kental dengan etika dan kesopanan, nilai-nilai agama dan kemanusiaan, dan kesenian baik yang berhubungan dengan budaya maupun keberagamaan. Kekayaan alam berupa ekosistem laut, pertanian, minyak bumi, dan gas dan kekayaan alam lainnya juga potensial untuk dikelola.

Advertisements

Modal sosial dan kekayaan alam ini merupakan aset terbesar yang harus dikelola untuk meningkatkan martabat masyarakat Madura. Selama ini, tidak jarang terjadi diskriminasi dan stigmatisasi miring tentang citra orang Madura sebagai efek dari ekspresi ide dan aktivitas mereka yang cenderung inferior di mata orang luar Madura.

Umumnya, warga pulau garam ini dipersepsikan negatif oleh orang-orang yang melihatnya dari jarak jauh dan belum pernah tinggal bersama di bumi Madura. Mereka menyimpulkan sesuatu dari hal yang tampak di permukaan. Mereka umumnya menilai dari kejauhan dan belum berkunjung ke wilayah Sumenep, misalnya.

Untuk menghilangkan streotype dan persepesi negatif itu, diperlukan langkah konkret untuk mengubah mindset, etos kerja, dan teknik membangun citra (community image building). Penjual sate madura, misalnya, tidak jauh berbeda dengan penjual nasi padang. Mereka sama-sama pedagang dan pengusaha (entrepreneur) di bidang kuliner khas daerah masing-masing. Letak perbedaanya berada pada branding skill dan teknik membangun citra. Pedagang sate indentik dengan pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak, sedangkan penjual masakan padang menggunakan tempat permanen yang lebih berkelas.

Untuk mengatasi problem itu, langkah nyata yang diperlukan adalah menginisiasi tarekat  akademik. Kata tarekat akademik merupakan gabungan dua kata yang berasal dari bahasa Arab, thariqah dan istilah pendidikan tinggi, akademik.

Tarekat akademik adalah upaya menggerakkan spirit sosial-keberagamaan meliputi aspek ruhani dan kebutuhan lahir dengan menfungsikan pesantren sebagai pusat penempaan ilmu agama dan praktik nilai agama dan keberagamaan yang memiliki genealogi keilmuan yang mu’tabarah (terverifikasi) sesuai garis Nabi dan ulama salaf. Sedangkan, pendidikan formal dari jenjang dasar sampai pendidikan tinggi dimasksudkan sebagai ruang untuk menempa skill berbasis sains terapan.

Upaya ini dimaksudkan untuk melahirkan insan terdidik dan terlatih (well educated-based) yang mampu menyeimbangkan kebutuhan spritualitas dan kebutuhan lahir berupa meteri harta benda. Pemahaman yang utuh terhadap konsep agama melalui sumber yang relevan dan dari guru yang jelas sanad keilmuannya membantu umat untuk menjadi pelaku agama yang arif dan bertanggung jawab. Sementara pendidikan yang berkualitas dengan output keterampilan mengelola kekayaan alam mendorong mereka berperan aktif dalam pembangunan negara berbasis sustainable developement dan mampu mengakses level kesejahteraan hidup yang memadai.

Proyeksi pembangunan manusia dengan profil di atas membutuhkan perjuangan panjang untuk mendidik dan melatih mereka sedari kecil dengan strategi yang efektif dan materi dasar yang esensial. Materi pelajaran substantif yang dibutuhkan dalam mengembangkan aspek spritual dan afektik adalah bahasa Arab untuk membaca kitab, hafalan Al-Quran, traning berkelanjutan, dan mentorship pengamalan ajaran dan nilai Islam secara kaffah. Pendidikan pesantren harus mampu melahirkan alumni yang mampu baca kitab secara mandiri. Caranya adalah melatih baca kitab bukan sekadar kajian kitab (istima’), menghafal Al-Quran, dan praktik amaliyah ubudiyah. Selain itu pembinaan moral perlu dilembagakan secara terukur dan berkesinambungan.

Keterampilan mengelola sumber daya alam ditempa melalui jalur pendidikan dengan cara menekuni bidang studi ilmu-ilmu terapan (applied science) yang dibutuhkan dalam pembangunan negara. Beberapa jurusan yang menempati posisi strategis ialah teknik, kedokteran, pertanian, kelautan, akuntansi, industri kreatif, dan lain-lain. Untuk bisa mendalami bidang-bidang tersebut, anak-anak perlu memiliki penguasaan yang baik dalam ilmu pengetahun alam (IPA), matematika, dan bahasa Inggris. Ketiga subjek ini adalah kunci pembuka jendela ilmu pengetahuan aplikatif  (Shulhan, 2021:27).

Jika gerakan ini terlaksana dengan baik, pembangunan generasi hebat di Madura akan terwujud dengan baik. Putra-putri kita menjelma menjadi sosok yang mahir agama dan aplikasinya serta menguasai teknologi informasi dan terampil mengelolan SDM dengan baik. Madura akan memiliki tenaga ahli di bidang teknik maritim, teknik dirgantara, teknik metalurgi, teknik pertanian, keuangan, industri kreatif, dan lain-lain. Sangat ideal jika nanti terdapat kader Madura yang menjadi menteri kelautan dan pada saat yang sama bisa menjadi imam salat dan menyampaikan khutbah, berintegritas dan berpegang teguh terhadap agama sehingga tidak zalim dan korupsi.

Generasi-genarasi dengan predikat ghani (grazy rich), muttaqin (bertakwa) secara aplikatif bukan sekadar teoretis-doktrinal, dan muhsin (senang berbuat baik) kepada sesama manusia dan lingkungan. Islam membutuhkan orang-orang kaya yang saleh agar memiliki kekuatan dan harga dirinya terjaga. Islam juga memerlukan jemaah yang saleh secara individual (taat beribadah) dan mushlih sosial (senang berbuat bagik untuk orang lain dan alam) agar kekuatan umat muslim terbangun dengan baik.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan