Iman Dahulu, Syariat Kemudian

Menanam benih iman ibarat merawat pohon kurma. Anda tak memaksa tunas kecil berbuah di hari ketiga, tetapi menyiraminya dengan sabar dan melindunginya dari terik.

Demikianlah Al-Qur’an menumbuhkan keyakinan: 93% isinya adalah pupuk spiritual semisal kisah para nabi, dialog jiwa dengan Sang Khaliq, dan ajakan merenungi semesta. Hanya 3% berupa aturan teknis, itupun turun setelah fondasi akidah menguat.

Advertisements

Sayangnya, praktik dakwah kerap terbalik. Mualaf yang baru merasakan manisnya “Lā ilāha illallāh” langsung dibebani daftar larangan. Anak-anak yang ceria di masjid dimarahi hingga mereka enggan kembali.

Padahal Nabi ﷺ berpesan: “Permudahlah, jangan persulit. Gembirakanlah, jangan buat mereka lari.” (HR. Bukhari). Pesan yang beliau sampaikan kepada Muadz bin Jabal yang diutus ke Yaman, sebuah negeri asing yang justru harus ditaklukkan dengan kelembutan.

Perhatikanlah fase dakwah sang Nabi di Mekkah: 13 tahun lamanya Rasulullah ﷺ fokus membangun tauhid, akhlak, dan keteladanan tanpa syariat berat.

Bahkan saat Umar hendak memaksa seorang tua minum obat, Nabi menegur: “Sesungguhnya Allah lebih membenci pemaksaan daripada pelanggaran yang dipaksakan itu.” (HR. Ibnu Majah). Inilah manhaj rabbani: ajak manusia mencintai Allah sebelum menakutinya dengan neraka.

Sebab anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa. Nabi ﷺ rela memanjangkan sujud saat Hasan-Husein yang naik ke punggungnya, tanpa menghardik mereka ketika salat telah selesai

Nabi pun juga pernah mempercepat salat saat mendengar tangis bayi, agar sang ibu tak risau di salatnya.

Secara prinsip perintah salat juga diberlakukan secara bertahap: “Perintahkan salat di usia tujuh tahun, beri konsekuensi di usia sepuluh.” (HR. Abu Daud).

Khadijah juga tak lantas berhijab di hari pertama ia menjadi muslimah. Atau Bilal yang tetap diperbolehkan berseru “Ahad! Ahad!” dengan logat khasnya.

Masjid harus menjadi taman rindang, bukan penjara berjeruji hukum. Mari undang dunia dengan wajah rahmat. Biarkan anak jatuh cinta pada kisah Nabi Yunus sebelum menghafal fikih wudhu. Izinkan mualaf terkagum pada keagungan Al-Khāliq sebelum mempelajari tahārah. Iman yang tumbuh dari cinta akan bertahan menghadapi badai syubhat.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan