Haul Gus Dur ke-13 Hanya di Ciganjur

2,316 kali dibaca

Haul atau peringatan wafat KH Abdurahman Wahid (selanjutnya ditulis Gus Dur) kembali digelar pada Sabtu (17/12/2022). Haul akbar secara resmi dimulai pukul 19.00 WIB hingga selesai. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang diselenggarakan di empat titik (Ciganjur, Pesantren Tebuireng, Yogyakarta, dan Kebubes RI di Jerman), tahun ini (2022) titik sentral haul hanya berlokasi di Ciganjur, di kediaman keluarga Gus Dur.

Acara yang berlangsung pada malam hari ini pun hanya dihadiri tamu undangan dan pengisi haul, antara lain KH Ahmad Mustofa Bisri, Habib Luthfi bin Yahya, KH Yahya Cholil Staquf, KH Ahmad Said Asrori, KH Husein Muhammad, Prof Nasaruddin Umar, KH D Zawawi Imron, Lukman Hakim Saifuddin, Azwar Anas, Ustaz Miqdar Zulfikar Basyaiban al-Idrisi al-Hasani, Veve Zulfikar, Lesbumi, Tunas Muda, Abioso, dan tokoh-tokoh lainnya.

Advertisements

Dalam haul ke-13 kali ini, pihak keluarga mengusung tema “Gus Dur dan Pembaharuan NU”. Tema ini didapat atas saran serta nasihat kolega seperjuangan Gus Dur, KH Mustofa Bisri. Mendengar masukan frasa “pembaharuan NU” untuk tema dari Gus Mus membuat Alissa Wahid tanpa berpikir panjang langsung sendiko dawuh.

“Putusan tema Gus Dur dan Pembaharuan NU kami dapat dari Abah kami (Gus Mus). Tema ini bukan tema biasa, tujuannya supaya kita menggali, menyelami bersama jejak kiprah kepemimpinan Gus Dur saat menakhodai ormas Islam terbesar, Nahdatul Ulama”.

Putri sulung Gus Dur lebih lanjut menambahkan, “Tema pembaharuan NU, semakin menemukan relevansi karena NU saat ini juga sedang menyongsong seabad Hijriyah NU sebagai jam’iyah,” tandas Alisa Qotrunnada Wahid.

Yang distingsi dari haul ini, pihak keluarga menggandeng kalangan pesantren untuk ikut kontribusi mensukseskan dan napak tilas perjuangan Gus Dur. Adapun, pesantren-pesantren yang dipilih, antara lain Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo, Pesantren Krapyak Yogyakarta, Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Darussalamah Bandar Lampung, dan Pesantren Qomarul Huda Bagu NTB.

Pesantren-pesantren tersebut merupakan tempat bersejarah bagi Gus Dur dalam berdialektika mereformula reposisi khittah NU, selama jadi Ketua Umum PBNU, dan tempat diskusi kritis menjawab permasalahan kontemporer (demokrasi, Pancasila, hingga kesetaraan gender).

Acara haul kemudian bergulir dengan pembicara KH Yahya Cholil Staquf. Ketua Umum PBNU ini menjelaskan benang merah pembaharuan dari figur Gus Dur ialah visi peradaban kemanusiaan universal. Gus Dur sepakat prinsip kemanusiaan bagaimanapun harus dijaga, jangan sampai tertindas apalagi terbunuh secara serampangan. Terobosan ini sangat logis dan konstruktif, muaranya akan terbangun kekuatan strategis peradaban yang beradab dalam kehidupan bersama berbasis kemanusiaan. Inilah masterpiece produk pemikiran Gus Dur.

Gus Yahya mendedah bahwa Gus Dur mampu mentransformasikan pola pikir kepada orang-orang–khususnya warga NU. Testimoni dari pada tokoh masyarakat hingga tokoh lintas iman sangat afirmatif menyebut Gus Dur adalah tokoh bangsa yang sangat bermanfaat sekaligus berpengaruh. Tokoh masyarakat lintas iman yang melakukan testimoni, antara lain Budiman Sujarmiko, Taufik Razen, Mohammad Sobary, Zafrullah Ahmad Pontoh, Frans Magnis, Budi Tanuwibowo, Gun Retno, dan Dewi Kanti.

Rundown acara haul berikutnya yakni persembahan monolog Inayah Wahid. Penampilan putri bungsu Gus Dur tersebut memancing gelak tawa karena bernada satire. Semua persoalan yang hinggap di keseharian kita di ramu dan di kritik secara halus.

Salah satu nada satire berbunyi, “Kalau kamu tidak mengerti maka bertanyalah, kalau kamu tidak menemukan guru maka berjalanlah mencari guru. Jangan sampai mencari di Google apalagi di TikTok. Sebab, di situ tidak bakal nemu guru yang kredibel.” Terdengar suara tepuk tangan menyambut kalimat tersebut.

Rangkaian puncak haul menampilkan tausiyah Gus Mus. Gus Mus memulai ceritanya sejak bertemu Gus Dur di al-Azhar, kemudian berlanjut di Belanda. Pada akhirnya, Gus Mus berkesimpulan bahwa Gus Dur itu milik orang banyak.

“Gus Dur itu miliknya orang banyak. Maka dari itu, manfaatnya Gus Dur kan sangat terasa buat orang banyak. Pembaharuan yang dimiliki Gus Dur, ia mampu membuka pemahaman semua warga untuk saling memberi manfaat, tidak hanya mementingkan pribadi saja,” pungkas Mustasyar PBNU tersebut.

Gus Dur memang telah berpulang ke haribaan Tuhan, tapi segala corak pemikiran masih mengudara hingga kini. Kita mempunyai segudang tugas dalam menyinarkan pemikiran dan mewujudkan cita-cita mulia Gus Dur supaya terus berpijar mengkristal tidak meredup & padam. Lahul Fatihah!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan