HAKIKAT HUJAN

814 kali dibaca

IQRA

Bacalah: dengan hati yang utuh
rasa yang penuh
nama-nama yang anggun

Advertisements

Bacalah: meski dengan bibir gemetar
dada yang berdebar
kalimat Tuhan yang agung

Bacalah: suara di telingamu
Yang bertenggat pada kegelapan
Yang merengkuhmu dengan khusyuk
Yang memikul pesan Tuhan

Bacalah: meski engkau takut
meski engkau tak bisa membaca
sebab dadamu suci
bergelimang cahaya surgawi

Bacalah : “kita adalah nasibmu
kita adalah tubuhmu
kita adalah detak nadimu”

Lampung, Juni 2022.

TUHAN MENGAMPUNI ORANG-ORANG SAKIT

Aku mau Kau menjengukku siang ini
di sela-sela pengadilan-Mu, jumat ini

Aku tak bisa bangun,
punggungku berdera-dera dibebani kasih-Mu

Dengan cara apalagi aku harus memanggil-Mu
nama-Mu yang mana yang harus aku serukan
Kau tahu aku buruk untuk mengingat
kalau aku harus menyerukan seluruh nama-nama-Mu yang indah itu
aku menyerah, aku tak hafal

Kau pemurah bukan?
maka maafkan aku
di sidang-Mu kali ini aku tak bisa bersaksi

Cintamulya, 28 September 2018.

TUHAN MENGAMPUNI ORANG-ORANG BODOH

Tuhan.
Ayahku.
Dia menyerah.
Dia lelah.
Dia tak lagi bisa, mengajariku untuk menulis nama-Mu

Tuhan.
Engkau.
Padaku mendengar sepenuhnya, seutuhnya
Maukah kau sendiri, mengajariku
Menulis nama-Mu

“Mintalah, maka Aku akan mengabulkannya”
Tapi aku tak punya tinta, kertasku habis, Tuhan
“Lalu?”
Ah, aku yakin Kau sebenarnya tahu,
kalau aku tak minta diajari menulis pada kertas
“Memang, Aku Maha Tahu,
tapi Aku ingin mendengar doa itu terucap,
langsung dari bibir yang aku berikan padamu”

Baik, begini,
Tuhan.
Aku minta Kau
Padaku mengajari
Menulis nama-Mu, bukan pada kertas
melainkan pada hati
hati kerasku,
biar terang, biar luluh.

Cintamulya, 5 September 2018.

HAMBA ANGIN

Angin bergerak ke selatan
Seorang lelaki berbaju hijau
bermata hijau, berdarah hijau
melangkah di ekornya
saban angin berhenti
tubuh lelaki itu tersungkur
napasnya mungkur

Angin pergi ke utara
mencari jejak pengembara
lelaki itu kini menumpang ekornya
saban angin itu membuka rahasia
lelaki itu riang gembira

Angin melaju ke barat
menikmati senja yang sebentar lagi berkarat
ia hendak mengantar burung-burung tidur
dan lelaki itu masih bersamanya
memikul rahasia-rahasia

Setelah maghrib, angin pulang ke timur
diantar lelaki itu
sambil memikul rahasia
pundaknya yang rapuh
semakin lepuh
di kakinya yang menjerit
ada janji-janji yang harus ditepati
ada ikrar yang harus diantar pulang

Lampung, 29 Mei 2021.

HAKIKAT HUJAN

Kenapa angin membelaimu?
Kenapa awan memayungimu?
Karena mereka ingin mengingatkan,
Tuhan sayang padamu.
Meski angin itu berwujud topan, meski awan itu menebar hujan.
Jiwamu terlalu sering dipanggang bara
Maka Tuhan mengguyurmu, dengan air dan udara
Yang dingin.

Kenapa matahari memeras peluhmu?
Kenapa matahari membakar darahmu?
Karena dia ingin mengingatkan,
Tuhan sayang padamu.
Meski matahari itu api.
Hatimu masih beku membatu
Maka Tuhan meleburnya dengan kehangatan
Cahaya matahari.

Lampung, April 2019.

ilustrasi: affandi, badai pasti berlalu.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan