Haji, Kok, ke Mekkah

885 kali dibaca

Haji memang ke Mekkah. Iyalah, ke mana lagi? Maksudnya kenapa orang-orang pada berbondong-bondong pergi ke sana? Karena kewajiban. Sebab, naik haji adalah rukun Islam. Well, kalau yang sudah naik haji, kenapa masih ingin ke Mekkah lagi, bukankah kewajibannya sudah kelar? Nah, itu bukan lagi soal kewajiban. Tapi soal rindu. Rindu serindu-rindunya. Rindu yang tak tertahankan.

Mengapa Mekkah begitu dirindukan?

Advertisements

Ceritanya begini: Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan Baitullah di daerah yang sekarang kita sebut Mekkah. Baitullah secara harfiah bermakna Rumah Allah. Tapi sebenarnya adalah tidak demikian. Sebab, Allah tak butuh tempat. Bangunan kubus hitam manis itu hanya meeting point yang secara fisikal ditunjuk Allah sebagai sarana pertemuan antara hamba dengan-Nya, tentu dengan segenap rahasia gigantik di balik Kakbah yan tak sepenuhnya dipahami manusia.

Baitullah selesai didirikan, pengunjung juga belum banyak. Tempat itu hanya dijadikan lalu lintas para kafilah dagang. Beberapa orang saja yang datang. Sepi. Maka, Nabi Ibrahim berdoa agar Allah menjadikan hati manusia cenderung kepada Baitullah. Doanya makbul. Allah pun meletakkan kerinduan di hati manusia, seolah lewat doa Nabi Ibrahim, Allah memanggil mereka untuk selalu datang dan datang ke bangunan suci tersebut.

Jika ada orang yang sudah mampu secara fisik dan finansial untuk naik haji tapi dia tak segera berangkat, biasanya, dia beralasan belum dipanggil. Nah, itu alasan saja. Soal panggilan, sebenarnya sudah dipanggi sejak dulu, sejak Nabi Ibrahim berdoa dan sejak naik haji menjadi Rukun Islam. Nabi Ibrahim sudah memanggil lewat doanya. Allah juga memanggil saat mewajibkan ibadah haji.

Maka tak salah kiranya, Jika Imam Al-Gazali berpendapat bahwa orang yang punya kemampuan berhaji tapi menunda, lantas di tahun berikutnya dia tidak punya kemampuan, maka wajib baginya mencari cara agar bisa naik haji. Jika tidak, dia berdosa.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan