Dok. Gus Dur Memorial Lecture edisi keempat di UNU Yogyakarta

GUSDURian Gelar Gus Dur Memorial Lecture di UNU Yogyakarta

397 kali dibaca

Sekertariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian menggelar Gus Dur Memorial Lecture edisi keempat di Universitas Nahdlotul Ulama Yogyakarta, pada Sabtu (23/09/23).

Gus Dur Memorial Lecture kali ini mengangkat tema “Gus Dur dan Nahdlotul Ulama kembali kepada Khittoh 1926”.

Advertisements

Jay Ahmad, Kordinator Nasional GUSDURian, mengatakan, Gus Dur Memorial Lecture kali ini mengangkat kembali dan mengambil inspirasi gagasan gerakan Gus Dur ketika di Nahdlatul Ulama (NU).

“Gus Dur salah satu tokoh NU yang mendobrak dan memberi ruang anak-anak muda NU, untuk tidak saja memahami teks-teks kitab kuning tetapi anak muda NU bisa belajar tentang gagasan-gagasan di luar agama apapun, selain agama (Islam) itu sendiri, ” terang Mas Jay panggilan akrabnya.

Mas Jay menambahkan, kegiatan Gus Dur Memorial Lecture tahun ini sudah digelar di tiga kampus, yaitu UIN Walisongo Semarang, UIN SATU Tulungagung, ISIF Fahmina Cirebon, dan yang terakhir di UNU Yogyakarta.

Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta Dr Abdul Ghofar, MBA, mengucapkan terima kasih kepada Seknas Jaringan GUSDURian atas kerja samanya.

“Atas nama UNU (Yogyakarta), kami ucapkan terima kasih atas kerja samanya dengan Gusdurian, mudah-mudahan acaranya berjalan dengan baik, ” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Purwo Santoso, Rektor pertama UNU Yogyakarta, dalam sambutanya sebagai Keynote Speaker mengungkapkan Gus Dur merupakan sosok yang mampu memadukan keilmuan pesantren dengan ilmu nonpesantren.

“Dari Gus Dur, kita belajar bagaimana menjadi pemain (yang berperan dalam dunia) global dengan keilmuannya,” ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu.

KH. Ulil Abshar Abdalla, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang bertindak sebagai nara sumber dalam kesempatan ini menjelaskan bahwa ilmu yang dipakai Gus Dur dalam gagasan dan gerakannya adalah ilmunya para kiai yang juga dipakai semboyan Nahdlatul Ulama, yaitu “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah

“Kaidah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah atau merawat barang lama yang baik dan mengambil barang baru yang lebih baik adalah ilmunya para kiai NU, ” ujar Gus Ulil, panggilan akrabnya.

Pemaparan materi dari Gus Ulil
Pemaparan Materi dari Gus Ulil

Gus Ulil menambahkan, kaidah yang bersumber dari QS Ibrahim ayat 24 ini dipakai Gus Dur dalam kehidupan dan perilaku sehari-harinya.

“Ketika kita pelajari perilaku, pikiran serta tindakan-tindakanya, maka bisa diringkas Gus Dur ini ashluha tsabitun (akarnya kuat) serta wa faruha fi as-sama (cabangnya ke langit, ” pungkas pendiri dan pengasuh Ghazalia College.

Kegiatan yang bertempat di Aula Terpadu Kampus UNU Yogyakarta yang baru ini diikuti oleh ratusan peserta, mulai dari mahasiswa dari UNU maupun kampus sekitarnya, masyakarat umum, serta ada juga beberapa peserta dari Lintas Iman, mulai Kristen, Konghucu, serta lainya.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan