Eksistensi Buruh di Era Industri: Perspektif Islam

23 views

Teknologi, informasi, dan komunikasi yang melaju begitu cepat, menimbulkan fenomena yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, sementara dunia terus berlari dengan kecepatan tertingginya, pada saat yang sama, manusia tertinggal jauh di belakang. Manusia-manusia itu tidak mampu mengejar laju kecepatan dunia. Fenomena ini yang disebut oleh Pailing sebagai dunia yang berlari.

Tantangan dan Ancaman

Advertisements

Kini, kita berada dalam suasana peringatan Hari Buruh. Bayang-bayang tantangan buruh terpampang nyata. Salah satunya adalah otomatisasi terhadap pekerja.

Secara sederhana, otomatisasi pekerja adalah proses mengurangi atau menggantikan peran manusia dalam dunia pekerjaan dengan berbasis pada sistem otomatis seperti robot industri, perangkat lunak otomatis, dan kecerdasan buatan.

Ahli Ketenagakerjaan Prof Payaman Simanjuntak, memperkirakan bahwa salah satu penyebab terjadinya pemutusan hubungan kerja di perusahaan adalah karena perusahaan menerapkan sistem teknologi digital, yang itu merupakan konsekuensi logis dari penerapan revolusi industri 4.0 (RRI 2024).  

Apa yang diperkirakan oleh Payaman, sudah memiliki bukti nyata yang mengindikasikan AI menjadi penyebab PHK massal. Tahun ini, firma software untuk HR, Workday, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 1.750 pekerja. Workday mengumumkan sistem baru yang mengandalkan agen AI bernama Agent System of Record (CNBC INDONESIA, 2025).

Jika berkaca dari fenomena ini, di masa-masa yang akan datang, di mana mesin-mesin semakin canggih, maka bukan tidak mungkin tenaga manusia dalam dunia kerja, menjadi tidak dibutuhkan lagi.  

Momentum Refleksi

Di tengah situasi dunia yang terus haus inovasi, dengan prinsip efektivitas dan efisiensi. Buruh mengalami alienasi, lebih dari itu mereka kehilangan makna.

Buruh tidak lagi dilihat sebagai manusia, tetapi dinilai setara dengan mesin-mesin industri yang dipaksa secara terus menerus untuk menghasilkan produk. Manusia, bukan lagi sebagai pekerja, tetapi sebagai alat produksi. 

Oleh karena itu, hari buruh yang diperingati setiap tahun. Hendaknya tidak hanya dipenuhi oleh spanduk-spanduk atau pamflet-pamflet yang berisi seruan aksi. Bukan semata, memperjuangkan upah yang layak atau jam kerja yang manusiawi. Tetapi, momentum  untuk merefleksikan nilai atau hakikat manusia dan kemanusiaan bagi para pekerja.

Kita perlu mempertanyakan arah dan nasib buru di masa depan: Apakah buruh mampu untuk survive, di tengah terpaan arus teknologi? Apakah teknologi diciptakan untuk memerdekakan (membantu) manusia, atau jangan-jangan teknologi justru memperbudak (menggantikan) manusia?   

Perspektif Islam

Di situasi dunia yang terus berlari, logika kapitalisme dan mesin-mesin teknologi semakin berkuasa. Kita perlu menemukan pijakan, sebagai panduan hidup, sebagai pengingat, bahwa kemajuan dengan segala kehebatannya tidak boleh mencabut martabat manusia.

Dalam perspektif Islam, manusia merupakan makhluk yang bertugas untuk mengelola bumi. Manusia disebut sebagai khalifah fil ard (perwakilan ‘Tuhan” di bumi). Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang merdeka, di masa lalu, kini, dan di masa-masa yang akan datang. Maka teknologi apapun, hanyalah alat untuk digunakan dalam mengelola dunia agar tercipta kemakmuran di bumi. Oleh karena itu, teknologi harus berpijak pada kemaslahatan umat manusia.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan