duniasantri.co, Surga Literasi Santri Masa Kini

1,931 kali dibaca

Sebagai salam takzim pembuka, penulis akan mengajak pembaca sekalian untuk memahami lebih jauh makna literasi yang sesungguhnya. Secara leksikal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang di dalam membaca dan menulis. Artinya tidak akan lepas dari berbagai elemen intelektualitas dan kreativitas orang untuk menginspirasi orang lain dalam menulis.

Logikanya adalah begini, the habit of reading will make you want to write, atau lebih tepatnya semakin kita memupuk kebiasaan-kebiasaan membaca, maka yang terjadi adalah menumbuhkan ide kita untuk selalu menulis sesuatu yang baik.

Advertisements

Biar tidak panjang lebar ke sana-kemari, saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman saya selama kurang lebih satu tahun menjadi author duniasantri.co, yang saya pikir tidak akan lepas dari geliat peristiwa dan ide-ide pemikiran menarik untuk penulis tuangkan lewat karya yang lebih nyata.

Kalau boleh santri (saya) katakan, ini tempat “nongkrong” paling nyaman bagi santri. Bagi santri yang pro dan peduli betul pada geliat anak-anak pesantren di dalam belajar literasi. Jadi, kalau ditanyakan surganya literasi santri, jawabannya haruslah berani mengungkapkan portal duniasantri.co ini. Kenapa? Karena di duniasantri inilah para santri bisa mengekspresikan apa saja yang sekiranya belum terkuak ke permukaan. Sehingga nantinya bisa diamini oleh mereka-mereka yang belum paham betul alam pesantren.

Dengan demikian, santri yang awalnya hanya terfokus pada ngaji kitab dan pendidikan lain yang tidak nampak, tapi dengan adanya duniasantri, mereka-mereka yang jauh di sana akan mengetahui secara mendalam akan makna intelektualitas dan kapasitas eksistensi santri yang sebenarnya. Akan mengetahui lokalitas keislaman santri melalui santri-santri yang berteduh di duniasantri.

Persoalan yang terjadi di pesantren, adalah jawaban yang saya kira akan menjawab tantangan masa depan. Kelahiran duniasantri saya rasa mampu menyeimbakan ketekunannya di dalam mengembangkan bakat dan minat santri dalam berkarya. Entah berkarya dalam bentuk cerpen pesantren, diksi puisi bertemakan santri, atau pun kebiasaan santri-santri di pondok pesantren.

Beberapa minggu belakangan ini, saya sedikit bincang-bincang dengan A Warits Rovi, yang merupakan penulis produktif di media-media nasional dan juga kontributor duniasantri. Beliau juga senior saya di ruang lingkup dunia kesusastraan Indonesia. Saya bertanya tentang duniasantri. Baru saja mendengar ucapan saya tentang duniasantri, beliau malah menjawab pertanyaan saya dengan satu pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang x panjang y dikali lebar.

Jawabannya seperti ini: keteguhan dan kegigihan media duniasantri memang sungguh luar biasa. Beda dengan media lain yang biasanya hanya memuat satu-dua karya dalam sepekan. Bahkan duniasantri mampu menjawab semua tantangan (zaman) yang secara nilai eksistensial, medianya dapat menggambarkan semesta pendidikan pesantren sebagai jejak pendakian gunung di puncak pijakan yang paling tinggi.

Saya sedikit menyambung apa yang beliau jawab. Jawaban saya begini: pada dasarnya, santri adalah contoh yang hakiki. Karena apa, karena di sanalah duniasantri hadir untuk mengungkap tabir keistimewaan yang dimiliki santri di portal digital duniasantri, yang saya pikir tahan banting di masa kini dan masa depan. Yang awalnya santri tidak terungkap kebaikannya, tapi dengan adanya duniasantri, segala aspek kultur dan norma budaya pesantren tertampung semuanya di duniasantri.

Hal itu sekadar kesimpulan bincang-bincang saya dengan A Warits Rovi beberapa hari yang lalu . Ternyata, setelah dipikir-pikir, saya tak habis pikir akan keistikamahan dan kerendahan hati duniasantri. Baik dari konteks segalanya maupun semangat perjuangannya untuk menghidupi santri penulis. Atau peduli penulis santri.

Nah, masuk lagi pada pembahasan duniasantri, saya kira memang menjadi penting para santri membagikan ide cemerlangnya di sini. Entah itu yang berkaitan dengan kebiasaan orang-orang di pesantren, metodologi ajaran norma di pesantren, atau nalar kebaikan yang menjadi akar dunia pesantren untuk diterjemahkan ke dalam analogi kepesantrenan.

Dan saya secara tegas mesti harus sepantasnya mengatakan, bahwa duniasantri adalah surganya literasi dan wadah santri masa kini. Persis di judul. Tersebab, beberapa tahun belakangan ini, saya bergelut dan memandang alam santri sambil membaca karya-karya orang lain. Katakanlah saya menulis dan saya membaca karya santri lainnya hanya ingin mendalami linguistik historis yang secara realistis hidup di atap naungan santri.

Maka, ketika pembaca paham akan logikal hidup para santri, tentu ini akan menjadi inisiatif kita sebagai orang yang paling peduli pada literasi. Artinya, paling tidak jangan sampai merusak dan menginjak reputasi duniasantri dengan alasan-alasan yang kurang masuk akal. Karena saatnya, pesantren, santri, dan lebih-lebih duniasantri betul-betul amanah di dalam menjaga reputasi pesantren di belahan sayap dunia. Alih-alih, kita-kita ini yang menjadi kontributor harus jujur dalam berkarya.

Takzim dan tabik saya sebagai penulis, katakanlah harapan penulis sebagai kontributor, ingin menyemangati penulis lain untuk jujur dalam berkarya, tanpa memanipulasi keberadaan media dunia santri.

Doa terakhir, saya persembahkan untuk media duniasantri dan seluruh tim semoga tetap semangat serta juga sehat selalu, tetap jaya, tetap berkibar, serta tetap visioner menampung ide menarik santri di dalam menjaga dan melestarikan paradigma apa saja dari masa ke masa. Karena itu saya tegaskan, surganya literasi dan masa depan santri, semuanya ada di duniasantri.co. Wassalam.

Gapura, 06 Agustus 2022.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan