duniasantri

Dunia Santri: Eksplorasi Media Digital

1,170 kali dibaca

Internet sudah laiknya kebutuhan primer masyarakat modern. Sebaran informasi bisa dengan mudah didapatkan meski memiliki risiko adanya ketidakkredibilitasan literasi. Alhasil, sumber konflik sering dipicu dari kegagapan menerima informasi dari media digital.

Karena itu muncul adanya persepsi negatif media sebagai sumber hoaks, limitasi kepakaran, hingga manipulasi data dan informasi untuk motif tertentu. Masyarakat yang bukan dari kalangan akademik (gagap teknologi) dipaksa mengonsumsi pemberitaan yang berpotensi memunculkan konflik secara masif.

Advertisements

Adalah menjadi pekerjaan rumah media untuk mengembalikan citra jurnalistik yang punya kapabilitas informasi yang layak untuk dikonsumsi masyarakat. Mengesampingkan fanatisme dan kebencian terhadap kelompok atau individu yang berseberangan. Jurnalistik harus kembali menerapkan prinsip cover both side sebagai jalan mengatasi konflik dengan sudut pandang yang obyektif.

Media harus punya rasa tanggung jawab mencerdaskan masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai jurnalistik yang memadai. Tidak asal kutip tanpa referensi dan penelurusan sumber berita yang jelas. Bahkan, opini pun harus memuat kaidah penulisan yang baik tanpa tendensi merendahkan obyek atau pihak tertentu tanpa disertai sumber informasi yang valid.

Apresisasi harus ditujukan kepada editor media yang bertanggung jawab pada kualitas karya sebelum menjadi informasi publik. Editor tidak hanya urusan pembenaran diksi kata sesuai PUEBI, namun ada nilai yang dipegang media agar tetap berjalan sesuai visi misi media. Selain itu, editor juga harus paham etika jurnalistik yang berpotensi hoaks dan menciptakan konflik yang lebih luas.

Dunia internet telah merampas kemampuan sebagian besar masyarakat untuk berpikir secara konsentratif, reflektif, dan kontemplatif. Terlebih ketika melihat karakter warganet yang membaca judul berita tanpa tahu kontennya, serta mudah membagikan berita tanpa proses verifikasi terlebih dahulu. Banjir informasi membuat orang menjadi bingung dan justru malas berpikir. Akibatnya, informasi yang ada cenderung tak berguna, membingungkan, dan merusak tata hidup bersama.

Dalam peran agama, internet menjadi ajang “perang” mazhab atau ideologi. Gerakan santri digital gencar dikampanyekan ke pondok-pondok pesantren ketika banyak akidah dan amalan yang disesatkan (dibidahkan). Ulama dan kiai menjadi korban kebrutalan Islam modern yang dengan mudah menuduh liberal, kafir, dan sumpah serapah lainnya.

Ketidaksehatan iklim dunia internet membawa sikap patriotisme santri tampil di ruang digital (publik). Mendirikan berbagai platform digital yang mewadahi santri untuk berkarya dan berliterasi. Mempopulerkan gagasan Islam toleran, moderat, dan santun. Santri semakin aktif berjejaring sosial dan membungkam narasi takfirisme yang didoktrinkan kepada generasi milenial.

Dalam konteks ini, duniasantri.co merupakan salah satu platform yang menanungi santri dan alumni pondok pesantren dalam menuangkan gagasan tentang dunia kepesantrenan, nasionalisme (kebangsaan), dan toleransi. Namun, butuh gerakan masif untuk lebih mengenalkan platform ini ke jejaring media sosial. Sebab, media sosial bukan lagi berfungsi sebagai media komunikasi jarak jauh, namun bisa menjadi alat kampanye ideologi.

Saya belum melihat geliat duniasantri.co di media sosial. Berbagi pengalaman saya menggagas komunitas Seniman NU, fungsi media sosial yang lebih sering diakses generasi milenial lebih mudah menjangkau masayarakat luas melalui narasi kritis penulis. Selain itu juga menjadi pondasi kuat mengangkat eksistensi media (website) melalui kuantitas pengunjung artikel.

Setidaknya menguatkan tim redaksi melalui bidang marketing media sosial dan desain grafis untuk menunjang minat masyarakat berkunjung ke duniasantri.co. Syukur bisa menjajaki dunia audio visual seperti podcast atau YouTube. Namun, untuk beralih ke platform audio visual membutuhkan biaya produksi yang lumayan mahal daripada hanya memperbaiki manajemen media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter.

Sebenarnya, duniasantri.co sudah punya pangsa pasar yang cukup besar. Berdasarkan data SEMrush.com yang diakses pada 8 Agustus 2022 jam 10.38 WIB, website duniasantri.co mencatatkan nilai “Authority” sebesar 24 dengan pencarian traffic organic 5,1 ribu dan “Backlink” sebanyak 2,4 ribu. Untuk website yang berumur tiga tahun, duniasantri.co cukup layak menjadi rujukan sebagai website yang berkualitas.

Jika dikampanyekan di media sosial, mungkin pengunjung website ini bisa lebih banyak dengan jangkauan yang lebih masif dari generasi milenial yang mayoritas aktif menggunakan media sosial. Membuat konten grafis dengan memasukan nilai informasi sebagai proses komunikasi menggunakan elemen visual, seperti tipografi, fotografi, serta ilustrasi.

Berdasarkan survei We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Meningkat 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Whatsapp menjadi media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia (88,7%). Kemudian ada Instagram dan Facebook dengan persentase masing-masing sebesar 84,8% dan 81,3%. Data itu menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk “memasarkan” tulisan dari para penulis di duniasantri.co.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan