WANGI RINDU
Tawamu:
wangi mawar
ingat-ingat rona sekujur indahmu
tertawan perih duri rindumu

Pelukmu:
wangi setanggi
di ujung jemu melenggang sua
lepas rusukmu semerbak jua
Tangismu:
wangi kenanga
pada sepi yang ingat tawamu,
pada ingat yang sepi pelukmu
Mengalir saja doa-doa; menuju rindu
tak bermuara
tak bersuara
tak berjuara
KEMBANG
Mengalir
Meruang
Meraung
Lerang harap didekap tiada ujung,
Menandas
Menjulang
Aku tersesat di hatimu yang jalang,
Rasa sara dan liku luka
Terukir duga di dinding nafsu
Bak bertaburan, putih kembang
Mengering dari kuyup biru pilu.
SERAKAH
Kau rampas tempatku menunggu.
Melucut
Menghilir
Perjumpaan itu tetap berakhir.
DOSA BISU
Demi jiwaku di dalam jasad!
Sebelah jemariku menutup luka dan satunya mengatup paksa berdoa
Bercelatuk tabah di kebisuan waktu, menggigil di sudut paling pilu
Ingatan sedingin es dan sekeras batu, mengecup bibir yang kini kelu
Demi jasadku perban jiwa!
Tak terjamah lagi
Remang sengketa datang dan pergi
Bolehkah retak lagi?
Seutuh sebelum kau lukai,
Bolehkah sepi lagi?
Sewangi pernah kau kunjungi,
Jiwaku! Berani menyebutmu
Di antara keping dosa-dosa kita
Tertinggal lalu teduh,
atau tertinggal tetap gemuruh.
Barangkali diam kaku saja
Menolak sembunyi, jiwaku terbakar sunyi
Seruang, jiwa-jasadku.
Sewaktu, dosa-dosa kita.
Merengkuh harap dijemput oleh waktu-
doa ampun, kita merekah tiba.
Jombang, 19 Oktober 2024.
HATIMU
Bolehkah kurebahkan kepalaku
di hatimu?
Akulah tukang tidur
di ranjang dadamu,
yang kesepian itu
Kujelma angin resah,
Kenyataan:
doa-doa tergenang luruh
pada pangkumu,
yang malu gemuruh
Kubagai tembok rebah,
Kenyataan:
jawaban doamu ialah aku
sang musibah, pun pintamu
terhindar dariku
Kurangkai rembulan pecah,
Kenyataan:
rayuku disuburkan tangis
enggan pun habis,
dari anggunmu yang bengis
Masih bolehkah kurebah
di hatimu?
Akulah luka,
yang kau buat kesepian itu.
Jombang, 21 September 2024.
Sumber ilustrasi: ipol.id.