Digitalisasi Naskah Kiai Imam Nawawi Kafrawi dari Silo

222 views

Pada hari Rabu, 28 Mei 2025, suasana di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Kecamatan Silo, Jember, tampak berbeda dari biasanya. Sejumlah tamu dari kalangan akademisi dan pegiat literasi manuskrip hadir untuk sebuah agenda penting: mengkaji dan mendigitalisasi naskah-naskah milik KH Imam Nawawi Kafrawi, salah satu ulama berpengaruh di kawasan tapal kuda pada abad ke-20.

Kegiatan ini diprakarsai oleh tim peneliti dari Ngenger.co, yakni Muhammad Ardiansyah, M.Ag. dan Nu’man Fauzi, S.Hum. Keduanya dikenal dengan pelestari naskah kuno pesantren. Turut hadir pula Hafidz, S.Ag., M.Hum., selaku Kepala UPT Perpustakaan UIN KHAS Jember, bersama beberapa pustakawan kampus yang ikut serta dalam proses dokumentasi dan digitalisasi.

Advertisements

Kepala UPT Perpustakaan UIN KHAS Jember melihat Langsung Naskah

Namun kegiatan ini bukan sekadar kegiatan ilmiah biasa. Ada nilai emosional dan spiritual yang mengalir ketika para peneliti diterima secara langsung oleh dzurriyah (keturunan) KH. Imam Nawawi Kafrawi. Dua sosok muda yang menyambut hangat rombongan peneliti adalah Gus Fakhrurrazi dan Gus Dilif Albar. Keduanya bukan hanya penjaga silsilah, tapi juga pemelihara semangat keilmuan keluarga.

“Bagi kami, naskah ini bukan sekadar dokumen tua. Ini adalah wasiat hidup dari buyut kami untuk terus menjaga ilmu, memelihara adab, dan menyambung mata rantai kebarokahan ilmu,” ujar Gus Fakhrurrazi.

Para peneliti kemudian memulai proses digitalisasi dengan hati-hati. Setiap halaman difoto, dibersihkan dari debu, dan dicatat metadata-nya. Semua dilakukan dengan penuh kehati-hatian, layaknya menyentuh tubuh sejarah itu sendiri. Di sela proses, Gus Fahrurrazi turut menceritakan kisah-kisah KH Imam Nawawi yang hidup bersahaja namun sangat kuat pengaruhnya di masyarakat.

Proses digitalisasi naskah oleh para santri

Yang juga patut dicatat adalah partisipasi santri Pondok Pesantren Al-Hidayah dalam kegiatan ini. Haqi, Taqiyuddin, Hasby, dan Aril, empat santri muda yang dengan penuh semangat mengikuti jalannya digitalisasi. Mereka mendengarkan, mencatat, dan bahkan mencoba mengenali tulisan tangan Arab Pegon dalam naskah tersebut. Keikutsertaan mereka menjadi penanda bahwa tradisi keilmuan pesantren tidak pernah padam; ia hanya menunggu untuk dihidupkan kembali oleh generasi baru.

Kegiatan ini tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga menghadirkan dimensi spiritual. Ia menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara ulama terdahulu dan pewarisnya hari ini. Digitalisasi bukan hanya menyelamatkan teks, tetapi juga menyelamatkan memori kolektif pesantren dan umat Islam Indonesia.

Dengan semangat kolaborasi antara pesantren dan akademisi, kegiatan ini menjadi contoh bahwa pelestarian warisan intelektual tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Butuh sinergi lintas generasi dan lintas institusi.

Dari Pondok Pesantren Al-Hidayah, Silo, Jember terbit kembali cahaya dari lembaran-lembaran yang nyaris terlupakan. Naskah-naskah KH Imam Nawawi Kafrawi kini bukan lagi hanya milik rak kayu yang lapuk, tapi telah menjadi bagian dari dunia digital yang siap menyapa siapa saja yang ingin belajar dan memahami warisan luhur para ulama.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan