Dari Ritual Kurban untuk Problem Kemanusiaan

15 views

Inti dari kurban adalah ritual keagamaan sebagai bentuk penghambaan kita kepada Allah melalui menyembelih hewan. Namun, di satu sisi, kurban juga mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai ini terrepresentasi melalui sikap peduli sosial dengan membagi-bagi daging hewan sembelihan kurban, khsusunya kepada orang yang tidak mampu. Hal ini merupakan ciri khas Islam dalam menunaikan ibadah melalui harta benda; bahwa setiap ibadah yang melibatkan harta akan selalu melibatkan unsur sosial, seperti zakat.

Jika kembali kepada sejarah, kita bisa menemukan sebuah perbandingan antara ritual kurban di masa jahiliyah dengan kurban setelah datangnya Islam. Sejarah mencatat bahwa orang Arab jahiliyah tidak memakan hewan sembelihannya, melainkan mengkhususkan hanya untuk sesembahan kepada berhala-berhala mereka saja. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk sikap kesombongan kepada orang fakir-miskin.

Advertisements

Hal tersebut berbeda dengan ritual kurban yang mengikuti arahan Islam. Dalam sebuah ayat Allah swt berfirman:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Artinya: agar mereka menyaksikan manfaat-manfaat bagi mereka, dan mereka menyebut nama Allah di hari-hari yang sudah diketahui untuk hewan-hewan ternak yang Allah berikan kepada mereka. Maka makanlah dari hewan tersebut dan bagikanlah kepada orang yang sangat fakir. (QS: Al-Hajj:28).

Jelas bahwa dalam ayat tersebut ada perintah untuk memakan hewan sembelihannya. Di satu sisi juga ada perintah untuk membagikan daging-daging hewan sembelihan tersebut kepada fakir-miskin.

Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, Mafatihul Ghaib, memberi penjelasan terkait ayat tersebut bahwa perintah untuk membagikan hewan kurban tersebut memiliki tiga alasan; pertama, agar berbeda dengan apa yang dilakukan oleh non-muslim (di masa jahiliyah); kedua, mewujudkan egalitarianisme antara kaum elite dan kaum miskin; dan, ketiga, sebagai sikap rendah hati. Ini membuktikan bahwa spirit kurban memiliki prinsip kesetaraan dan spirit kesejahteraan sosial.

Terdapat tiga pendapat terkait memakan hewan kurban dan membagikannya kepada fakir miskin, sebagaimana disampaikan oleh Al-Mawardi dalam kitab tafsirnya, An-Nukat wal ‘Uyun.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan