Dari AI ke AGI, Berkah atau Bencana?

Dalam satu dekade terakhir, istilah Artificial Intelligence (AI) makin populer di Indonesia. Dari aplikasi perpesanan, layanan pelanggan otomatis, hingga rekomendasi konten di media sosial, AI telah menjadi bagian dari hidup kita.

Namun, banyak yang belum memahami bahwa yang kita sebut AI hari ini sebagian besar adalah narrow AI, yaitu sistem cerdas yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik seperti menerjemahkan bahasa, mengenali wajah, atau mengemudi mobil.

Advertisements

Kini, dunia mulai memasuki babak baru dengan Artificial General Intelligence (AGI). Sebuah bentuk kecerdasan buatan yang bukan hanya unggul dalam satu tugas, tapi mampu belajar dan beradaptasi seperti manusia, atau bahkan melampauinya. AGI tidak hanya “cerdas,” tapi umum dalam arti mampu memahami, bernalar, dan mengambil keputusan di banyak domain tanpa dibatasi perintah yang kaku.

Apa Itu AGI?

AGI didefinisikan sebagai kecerdasan buatan yang memiliki fleksibilitas dan kapasitas kognitif setara manusia dalam menyelesaikan berbagai masalah, memahami konteks, belajar dari pengalaman, dan membuat keputusan otonom. Tidak seperti AI konvensional yang harus dilatih untuk satu bidang spesifik, AGI bisa berpindah dari satu masalah ke masalah lain tanpa diprogram ulang.

Bayangkan sebuah sistem yang bisa merancang obat, menulis novel, mengelola keuangan negara, dan juga mengajari anak-anak membaca. Semua dilakukan oleh satu entitas digital. Inilah potensi AGI, dan sekaligus ketakutannya.

Perlombaan Global Mencapai AGI

Amerika Serikat, dengan perusahaan seperti OpenAI, Anthropic, Meta, dan Google DeepMind, saat ini memimpin pengembangan AGI. China, lewat Tsinghua University, Alibaba DAMO Academy, dan Baidu, juga menaruh investasi besar di bidang ini. Pemerintah dua negara adidaya itu memandang AGI bukan sekadar urusan teknologi, melainkan pilar strategis dalam dominasi global masa depan.

Jika sebelumnya senjata nuklir menjadi penentu kekuatan militer, AGI dipandang sebagai senjata lunak yang mampu mengubah peta kekuasaan. Ia bisa menciptakan otomatisasi skala luas, mengoptimalkan kebijakan negara, mengendalikan opini publik, hingga memimpin operasi militer secara presisi.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan