Dan, Pesantren pun Dihijaukan…

1,862 kali dibaca

Kamis dan Jumat, 5-6 Maret lalu, ada aktivitas yang berbeda di lingkungan Pondok Pesantren Al-Manar Azhari Depok, Jawa Barat. Puluhan santri, putra dan putri, terlihat sibuk menanam benih tanaman dalam wadah-wadah berbagai ukuran. Benih-benih itu akan ditanam di lahan lingkungan pesantren. Kelak, benih-benih itu akan tumbuh menjadi pohon-pohon besar nan rindang dan menghijaukan lingkungan pesantren.

Apa yang dilakukan para santri Pesantren Al-Manar Azhari Depok itu merupakan Program Pesantren Hijau yang diinisiasi Lembaga Penanggulangan dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) bekerja sama dengan Alumni Grant Scheme (AGS) Australia.

Advertisements

LPBI NU dan AGS Australia memang sedang gencar mengkampanyekan isu perubahan lingkungan dan mitigasi bencana. Adapun, pesantren dipilih lantaran dinilai sebagai institusi yang efektif untuk dapat menggerakkan kesadaran akan pentingnya masyarakat menjaga keseimbangan lingkungan. Karena itu, LPBI NU dan AGS Australia menggulirkan Program Pesantren Hijau.

Sebagai langkah awal, Program Pesantren Hijau akan dilaksanakan di tiga pesantren di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Program Pesantren Hijau yang pertama dilaksanakan di Pesantren Daarul Quran di Tangerang, Banten, yang diasuh ustadz Yusuf Mansur pada Jumat-Sabtu, 21-22 Februari 2020. Sedangkan, di Pesantren Al-Manar Azhari Depok adalah yang kedua. Berikutnya program serupa akan dilaksanakan di salah satu pesantren di Jabodetabek.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pesantren untuk bisa menjalankan program ini. Paling tidak, pengurus pesantren harus mau dan mampu menerapkan salah satu atau lebih dari lima indikator Pesantren Hijau, yaitu 1) menyediakan media kampanye ramah lingkungan, 2) pengelolaan sampah berbasis Bank Sampah Nusantara (BSN), komposting dan 3R, 3) pengelolaan sampah plastik melalui Ecobrick, 4) ruang terbuka hijau untuk kebun organik, dan 5) pengelolaan limbah air pesantren.

Adapun, pelaksanakan Program Pesantren Hijau selalu diawali dengan workshop. Materi-materi workshop yang dilaksanakan dua hari ini memang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas stakeholder pesantren dalam mewujudkan kelima indikator tersebut. Hari pertama, misalnya, workshop dilaksanakan di dalam ruangan dengan materi pengetahuan terkait global warming   yang disampaikan dengan metode bedah film. Ada juga materi lain, seperti assessment dan pengelolaan sampah berbasis pesantren yang disampaikan dengan menggunakan metode presentasi dan tanya jawab.

Pada hari kedua, biasanya seluruh peserta workshop yang terdiri dari santri dan ustadz/ah pendamping mendapatkan pengetahuan dengan praktik langsung di luar kelas bersama para ahli. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok mengikuti praktik kebun organik, komposting & biopori, serta kreatifitas recycle. Setelah workshop, dilanjutkan dengan diskusi pembentukan Jaringan Pesantren Hijau.

Ketua Yayasan Pesantren Al-Manar Azhari Depok Maky Manar, seperti dikutp dari kalderanews, menyambut baik Program Pesantren Hijau ini dan berharap dapat mengubah pola hidup santri yang lebih ramah lingkungan.

Sementara itu, Ketua LPBI NU Ali Yusuf, menegaskan, bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan intelektualitas, tetapi juga sebagai tempat pembangunan karakter para santri.

Melalui Pesantren Hijau, para santri diharapkan memiliki karakter yang kuat terhadap kepedulian lingkungan. Pesantren memiliki modal sosial yang tinggi dalam mengembangkan program lingkungan, apalagi NU yang memiliki ribuan jumlah pesantren di seluruh Indonesia.

“Semoga dari Pesantren Hijau ini lahir Greta Thunberg Indonesia, anak-anak muda yang mampu menyuarakan kondisi lingkungannya,” kata Ali.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan