Saya, dan juga para Dewan Juri, cukup dibuat terkejut oleh hasil penjurian Lomba Karya Tulis “Ekologi Kaum Santri” untuk bidang penulisan artikel atau opini. Yang membuat kami terkejut adalah siapa penulis artikel yang memenangi lomba ini.
Pemenang lomba penulisan tersebut telah diumumkan pada Malam Apresiasi Budaya 5th jejaring duniasantri, Sabtu (17/8/2024). Yang ditetapkan sebagai Juara 1 naskah berjudul “Hijaukan Pesantren, Hijaukan Negeri: Ekologi Kaum Santri di Era Modern”. Disusul naskah berjudul “Kiai Khariri Abdul Adhim, Sufi Pecinta Lingkungan Kebanggaan Ma’had Aly Situbondo” dan “Kolaborasi Pesantren dan Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Hijau” untuk Juara 2 dan Juara 3.
Inilah yang membuat kami terkejut: peraih Juara 1 adalah seorang siswa kelas 12 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mantiyah Bekasi, Jawa Barat. Muhammad Zainudin Akbar, namanya. Sebelia itu, karyanya mampu bersaing dengan karya para mahasantri atau mahasiswa atau penulis yang, saya tahu, tulisannya sudah sering dimuat di sejumlah media.
Sampai beberapa waktu usai keputusan diambil, Dewan Juri memang belum tahu latar belakang pemilik naskah. Sebab, yang diserahkan kepada Dewan Juri hanya naskah dan nama penulisnya. Biodata para peserta tak disertakan. Ini untuk menghindari Dewan Juri “terobsesi” dengan latar belakang.
Setelah Dewan Juri menentukan hasilnya, untuk kepentingan publikasi, barulah saya melengkapinya dengan biodata para pemenang yang ada di dasboard web duniasantri.co. Dan semua terkejut, tak menyangka, jika naskah yang ditetapkan sebagai Juara 1 ditulis oleh siswa kelas 12 SMK.
Saya sendiri, secara pribadi, kepo –untuk menghindari istilah ragu atau curiga. Maka saya meminta tolong seorang teman untuk melakukan tracing atau penelusuran jejak-jejak digitalnya, termasuk sekolah tempat dia belajar. Hasilnya malah mencengangkan. Ia memiliki banyak sertifikasi kompetensi di banyak bidang, terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi.
“Memang bisa, ada, anak kelas 12 sudah sehebat itu?” tanya saya penasaran.