Cara Tebuireng Tangkal Covid-19

1,679 kali dibaca

Penyebaran virus Corona di lingkungan pondok pesantren terus meluas. Tercatat sudah 27 pesantren menjadi kluster baru penularan dan lebih dari 1000 santri terpapar Covid-19. Bagaimana ikhtiar pondok-pondok pesantren menangkal penyebaran virus Corona? Berikut yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur.

Sebagai salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia, lingkungan Tebuireng terbilang risiko tinggi terhadap penyebaran dan penularan virus Corona. Karena itu, sejak dini pengurus Pondok Tebuireng berusaha menerapkan protocol kesehatan secara ketat, lebih-lebih ketika serangan virus ini kian mengganas.

Advertisements

Belum lama ini, pengurus Pondok Tebuireng juga menggelar evaluasi terhadap kedisiplinan warga pesantren dalam pemenuhan protokol kesehatan agar tidak kebobolan. Berdasarkan evaluasi tersebut, menurut Juru Bicara Gugus Tugas Pesantren Tangguh Tebuireng H Nur Hidayat, pihak pondok menetapkan tiga langkah agar terhindar dari paparan Covid-19.

Pertama, pengetatan larangan bagi wali santri atau keluarga santri untuk menjenguk santri yang berada di pondok. Sebab, kunjungan orang luar ke pondok berisiko membawa masuk virus ke lingkungan pondok.

“Kami memahami besarnya kerinduan wali santri terhadap anaknya, terutama santri baru yang mulai mondok pada 30 Agustus lalu. Tapi, demi keselamatan bersama, protokol kesehatan harus dipatuhi semua pihak,” demikian pernyataan Hidayat.

Kedua, kepatuhan dan kedisiplinan warga pondok terhadap protokol kesehatan terus ditingkatkan. Misalnya, tiap santri harus memakai masket saat beraktivitas di luar kamar, selalu mencuci tangan, dan tetap menjaga jarak.

Santri yang melanggar protokol kesehatan akan diberi sanksi oleh pengurus pondok. Misalnya, jika ada santri yang tidak memakai masker saat beraktivitas di luar kamar, maka akan diberi sanksi berupa membaca satu juz al-Quran.

Ketiga, Gugus Tugas Pesantren Tangguh Tebuireng secara rutin melakukan deteksi dini terhadap santri yang memiliki keluhan kesehatan. Deteksi dini ini dilakukan dengan melibatkan pembina kamar santri dan tim pusat kesehatan pesantren.

Menurut Hidayat, deteksi dini penting dilakukan, mengingat potensi penyebaran virus di lingkungan pesantren juga masih tinggi. “Perkembangan global dan nasional selama enam bulan terakhir membuktikan, siapa pun bisa kesenggol virus ini. Jadi, deteksi dini terhadap gejala khusus yang mengarah merupakan langkah penting dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” tegasnya.

Selain ketiga langkah tersebut, ternyata pihak pondok juga melakukan uji cepat antigen kepada seluruh warga pesantren untuk mendeteksi ada tidaknya warga pesantren yang terpapar virus ini. Uji cepat antigen diyakini memiliki validitas sekitar 90 persen dalam mendeteksi keberadaan Covid-19.

Selain itu, pihak pondok juga telah melakukan karantina ulang terhadap beberapa santri yang memiliki gejala khusus yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Meskipun, beberapa santri ini berstatus negatif Covid-19, namun mereka dikarantina ulang dan diberikan treatment untuk pemulihan.

“Dengan ikhtiar dan taqarrub maksimal, semoga seluruh warga pesantren dijauhkan dari wabah ini,” demikian pungkas Hidayat.

Sejauh ini, memang belum ada kasus Covid-19 di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan