Bukan Karena Pintar, Tapi Tersebab Khidmah

49 views

Di Pondok Pesantren Anwarush Sholihin, Purwokerto, ada banyak kisah yang tumbuh dari tanah keikhlasan dan cinta ilmu. Tapi ada satu kisah yang hingga kini tak pernah hilang dari benak saya—kisah tentang seorang teman seperjuangan, Ragil Pangestu, yang mengajarkan saya makna khidmah dan berkah guru lebih dari sekadar teori.

Beberapa tahun sebelum wafatnya, muassis pondok kami, Almaghfurlah KH Nur Chafidz, mengalami sakit yang cukup lama. Dalam kondisi itu, seluruh santri diliputi keprihatinan dan suasana pondok menjadi jauh lebih hening. Beliau sosok yang dihormati dan disayangi, bukan hanya karena ilmunya, tapi juga karena kasih sayangnya kepada para santri. Maka, saat beliau sakit, banyak dari kami merasa kehilangan semangat.

Advertisements

Namun di tengah kesedihan itu, ada satu sosok yang justru mendapatkan amanah besar: Ragil. Ia ditunjuk secara langsung untuk menjadi abdi ndalem Pak Kiai selama masa sakitnya. Tugasnya bukan hanya membantu kebutuhan fisik, tapi juga menemani, menjaga, hingga melayani keperluan pribadi beliau selama 24 jam penuh, setiap hari.

Kita yang hanya melihat dari luar mungkin mengira itu hal biasa. Tapi saya tahu betul betapa berat dan tak mudah tugas tersebut. Ia harus selalu siaga—tidak boleh lengah, tidak bisa tidur lelap seperti santri lainnya. Bahkan saat santri lain tertidur pulas, Ragil bisa saja terbangun di tengah malam karena Pak Kiai membutuhkan sesuatu. Tidak jarang ia harus membantu Pak Kiai di saat tubuhnya sendiri lelah dan butuh istirahat.

Yang membuat saya kagum, Ragil tidak pernah mengeluh. Tidak sekalipun saya melihatnya menunjukkan raut lelah atau jenuh. Ia menjalaninya dengan ketulusan yang nyaris mustahil saya jelaskan. Seolah seluruh waktunya memang telah ia niatkan hanya untuk mengabdi.

Tugas ini dijalaninya bukan sehari-dua hari, tapi lebih dari satu tahun penuh. Ia melewati hari demi hari dalam ruang khidmah, menjadi saksi jatuh bangunnya kondisi Pak Kiai, menjadi santri yang paling dekat secara lahir dan batin. Hingga akhirnya, hari yang tak pernah kami inginkan itu tiba: Pak Kiai wafat.

Saat banyak dari kami menangis dalam kehilangan, Ragil adalah salah satu yang paling terpukul. Tapi justru dari situlah babak baru kehidupannya dimulai—dan inilah bagian paling menakjubkan dari kisah ini.

Tak lama setelah wafatnya Pak Kiai, Ragil mendapat tawaran untuk mengajar anak seorang pejabat yang mempercayakan pendidikan anaknya kepada Ragil. Tidak ada proses yang rumit. Seolah orang tua anak itu langsung merasa cocok dan percaya penuh kepadanya. Mungkin ini yang dinamakan karamah khidmah, berkah dari melayani orang alim.

Tapi tidak berhenti di situ. Sebagai bentuk terima kasih, orang tua murid tersebut lalu memberikan kesempatan kuliah gratis kepada Ragil, bahkan memberikan uang saku setiap bulan. Yang lebih mencengangkan, biaya kuliah Ragil sebenarnya telah ditanggung oleh beasiswa. Namun, dana itu tetap diberikan kepadanya oleh pihak keluarga sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan amanah yang ia jaga.

Saya menyaksikan semua itu dengan mata kepala saya sendiri. Ini bukan cerita karangan atau kisah motivasi fiktif. Ini nyata. Dan sejak itu, saya benar-benar yakin, bahwa berkah dari guru itu nyata. Bahwa khidmah bukan jalan tertinggal, tapi jalan tersembunyi yang Allah rahasiakan sebagai gerbang menuju kemuliaan.

Dari Ragil saya belajar bahwa melayani guru bukan pekerjaan kecil. Ia bukan sekadar menyiapkan air wudhu atau membantu membawa kitab. Ia adalah bentuk cinta paling tinggi dari seorang santri kepada sang pewaris ilmu Nabi.

Kini Ragil sedang menjalani masa kuliahnya dengan tenang dan berkecukupan. Tapi lebih dari itu, saya yakin hatinya tetap membawa semangat khidmah, semangat yang lahir dari pondok, dari peluh, dari tangis dalam sujud panjangnya, dan dari restu seorang kiai yang ia rawat dengan sepenuh jiwa.

Bagi kami yang menyaksikan langsung perjalanan hidupnya, Ragil bukan hanya teman. Ia adalah pelajaran hidup, tentang betapa Allah tak pernah menyia-nyiakan amal yang dilakukan dengan ikhlas.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan