Bila Pesantren Jadi Primadona di Negeri Orang

2,989 kali dibaca

Keikutsertaan lima pesantren dari Jawa Barat pada World Halal Summit (WHS) di Istanbul, Turki, 28 November-1 Desember 2019, mengundang decak kagum dari delegasi negara-negara lain, seperti Inggris, Senegal, Sudan, Palestina, Oman, Pakistan, dan lain-lain. Pesantren di Indonesia mampu menggabungkan pendidikan agama dengan kemandirian ekonomi dan pemberdayaan masyarakat (community building). Itulah yang membuat mereka terkagum-kagum.

Forum WHS adalah konferensi tingkat dunia bagi para pelaku industri halal yang berlangsung setiap tahun. Dalam WHS kali ini, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jawa Barat membawa serta lima koperasi pondok pesantren (koppontren) peserta one pesantren one product (OPOP). Kelima pesantren itu adalah Pesantren Daarut Tauhiid (DT) Kota Bandung, Al-Ashiriyyah Nurul Iman Sejahtera Kabupaten Bogor, Al-Ittifaq Kabupaten Bandung, Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan, dan Fathiyya Al-Idrisiyyah Kabupaten Tasikmalaya.

Advertisements

Dewan Masjid Inggris

Kekaguman memang datang dari delegasi Inggris, Senegal, Sudan, Palestina, Oman, Pakistan, dan lain-lain. Sebab, semua yang hadir dalam ajang pameran World Halal Summit ini ialah perusahaan-perusahaan besar kelas dunia. Namun, stan Jawa Barat justru diisi pesantren produktif.

“Ini menarik, kok yang melakukan bisnis bukan entitas bisnis, tapi lembaga pendidikan. Kok bisa ya pesantren di Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai entitas keagamaan, tapi juga menjadi entitas bisnis atau entitas sosial keagamaan,” ujar Ketua Dewan Masjid Inggris Raya, Necdet Kolca.

Atas dasar itu, pada musim libur tahun depan, Dewan Masjid Inggris Raya berencana mengirim anak-anak muslim Inggris ke pesantren Jabar untuk mempelajari Islam yang peduli pembinaan ekonomi umat. Kolca juga berjanji akan mengabarkan sistem pendidikan pesantren Indonesia yang unik ini ke komunitas Islam Inggris yang jumlahnya terus bertambah.

Kolca menambahkan, selama ini banyak organisasi amal Islam dunia yang memberikan sumbangan kepada lembaga pendidikan keagamaan di negara-negara Afrika. Melalui OPOP ini, dia mendapat informasi unik tentang pesantren di Indonesia. “Saya akan memberitahu para donatur Eropa agar mengalihkan sebagian donasinya ke pesantren di Indonesia,” katanya.

Adopsi Sistem Pesantren

Dunia selama ini menganggap lembaga pendidikan Islam di mana pun tidak memiliki fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Berkat kehadiran lima pesantren dari Jawa Barat pada acara World Halal Summit (WHS) di Istanbul, Turki, itu anggapan tersebut mulai berubah. Bahkan, Direktur Kontrak dan Tender Dallah Group Companies, Hiba Al-Qadi, misalnya, tak habis piker mengapa Pesantren Daarut Tauhid sebagai lembaga pendidikan juga dapat melebarkan sayap ke sektor bisnis, apalagi mampu membangun masjid di Gaza, Perth, dan Selandia Baru.

Berkat keikutsertaan Indonesia dalam ajang internasional tersebut, sejumlah delegasi negara lain berencana mengadopsi sistem Pendidikan pesantren. Delegasi dari Palestina, Kenya, dan India adalah tiga negara yang telah menyatakan minatnya untuk mengadopsi sistem pendidikan pesantren di Indonesia. Bahkan, Ketua Kamar Dagang dan Industri Senegal Ali Diou telah menandatangani naskah kerja sama Umi Waheeda selaku pimpinan Koppontren Al Ashiriyyah Nurul Iman. Selain transaksi bisnis pembelian beras, kerja sama ini juga meliputi kerja sama manajemen pesantren berbasis sistem pendidikan berkualitas berdasarkan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).

“Mereka tertarik dengan sistem pendidikan kita. Karena itu, saya pikir pesantren Indonesia harus menjual metode dan sistem pendidikan berbasis social entrepreneurship ini. Kita tunjukkan juga bahwa pesantren-pesantren kita bukan pesantren kumuh seperti di negara lain,” ujar Umi.

Delegasi lain seperti Palestina, Kenya, dan India turut meminta masukan ke Jawa Barat tentang sistem pendidikan pesantren. Bahkan, India telah meminta Umi Waheed menjadi pembicara pada Forum Halal India di Ahmaderabad dalam waktu dekat. “Kami ingin agar pesantren bisa mandiri, tidak tergantung pada donasi. Saya akan berbicara bagaimana pesantren berwirausaha,” pungkas Umi.

Kerja Sama Bisnis

Selain mencuri perhatian delegasi dunia dengan sistem pendidikannya, kelima pesantren yang ikut dalam ajang World Halal Summit (WHS) juga sukses menjaring sejumlah perusahaan besar untuk mengikat komitmen bisnis. Koppontren Al-Ittifaq Kabupaten Bandung, misalnya, berhasil menggaet Vizyon Team yang memerlukan buah-buahan, sayuran, jahe, dan lengkuas. Selain itu, ada Eruope Vital yang akan membeli jahe, lengkuas, dan kayu manis dari pesantren ini.

“African Tide membutuhkan kunyit dan jahe, Empire Qatar meminta kopi, serta perusahaan-perusahaan Turki membutuhkan sayuran dan tanaman obat,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Al-Ittifaq, Setia Irawan, melalui siaran persnya.

Bukan hanya mendapatkan pembeli produk pertanian, Al Ittifaq juga memperoleh kesempatan untuk diajak bertransformasi digital oleh perusahaan konsultan teknologi informasi (TI) dunia, Archytas Blockchain Consultancy. Archytas mengajak pesantren-pesantren di Indonesia

untuk menggunakan metode blockchain. “Kami terpacu untuk mempelajari apa itu blockchain dan bagaimana memanfaatkannya dalam bisnis kami,” ujar Setia.

Di bagian lain, sejumlah perusahaan tour dan travel internasional meminta Pesantren Daarut Tauhiid (DT) Bandung menjadi mitra wisata halal di Indonesia. Mereka meminta DT untuk memberikan informasi daerah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan Timur Tengah di Indonesia. Perusahaan tour dan travel internasional ini berasal dari Jordania, Uni Emirat Arab (UEA), Bulgaria, dan lain-lain.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan