Menuju Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80 kali ini terjadi sebuah fenomena yang unik di tengah masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang mengibarkan bendera bajak laut topi jerami milik Monkey D. Luffy dalam anime One Piece. Bahkan beberapa dari mereka memasang bendera itu tepat di bawah bendera merah putih.
Yang unik lagi adalah respons dari pemerintah. Menteri koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) Budi Gunawan menuturkan gerakan pengibaran bendera One Piece merupakan tindakan provokasi yang dapat menurunkan martabat dan mengancam kedaulatan bangsa.

“Sebagai bangsa besar yang menghargai sejarah, sepatutnya kita semua menahan diri untuk tidak memprovokasi dengan simbol-simbol yang tidak relevan dengan perjuangan bangsa,” kata pria yang akrab di panggil BG pada wawancara yang digelar pada Jumat (1/8/2025).
Jika jeli melihat fenomena maraknya pengibaran bendera One Piece ini, kita akan menemukan resonansi kuat dengan pemikiran tokoh besar Indonesia Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disap Gus Dur.
Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi. Hal ini terbukti dari pidatonya di Universitas Indonesia pada tahun 1999. “Di zaman demokrasi ini, kebebasan menyampaikan pendapat merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi,” ujar tokoh yang dijuluki Bapak Pluralisme ini.
Merujuk pada pernyataan tersebut, nampaknya Gus Dur tidak akan meyebut fenomena pengibaran bendera One Piece sebagai tindakan provokatif yang berpotensi mendegradasi martabat bangsa. Sebaliknya, di matanya fenomena ini lebih merupakan ekspresi dari kebebasan menyampaikan pendapat dan manifestasi dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah. Sehingga, alih-alih menuduh rakyat berbuat makar, seharusnya pemerintah lebih bisa untuk menganalisa akar masalah dan introspeksi diri.
Bahkan, ketika menjabat presiden, Gus Dur sama sekali tidak menganggap pengibaran bendera bintang kejora oleh masyarakat Papua sebagai ancaman, selagi bendera itu masih di bawah bendera merah putih. “Anggap saja umbul-umbul, gitu aja kok repot,” demikian respons Gus Dur terkait pengibaran bendera bintang kejora.
Dalam serial anime One Piece, sebuah pemerintahan hampir selalu digambarkan sebagai entitas yang korup dan diskriminatif. Dan bendera topi jerami milik Luffy ini merupakan simbol perlawanan terhadap penindasan dan kediktatoran tadi.
Bendera ini merupakan deklarasi kaum tertindas terhadap otoritas yang korup dan tidak adil. Di bawah bendera ini, Luffy dan kawan-kawannya melawan otoritas yang diktator, bukan untuk menghancurkan, akan tetapi demi menegakkan keadilan dan kebenaran.
Sama halnya dengan Gus Dur yang telah mewariskan kepada kita semua keberanian untuk melawan penindasan dan ketidakadilan. Gus Dur merupakan suara bagi mereka yang dipaksa untuk bungkam terhadap penindasan dan ketidakadilan. Baginya, kritik merupakan bagian integral dari perjuangan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih adil dan manusiawi.
Selain sebagai simbol perlawanan, bendera ini juga merupakan simbol persatuan. Karena, sebenarnya, teman-temannya Luffy memiliki benderanya masing-masing dan juga latar belakang yang berbeda-beda. Namun, di bawah panji topi jerami mereka semua melebur menjadi satu untuk menegakkan keadilan.
Dalam kariernya, Gus Dur juga merupakan tokoh yang sangat serius dalam mewujudkan persatuan di tengah-tengah keberagaman. Menurutnya, persatuan berbeda dengan penyeragaman. Perbedaan ras, keyakinan, suku, dan latar belakang bukanlah anti-tesis dari persatuan. Justru, persatuan dibutuhkan untuk terwujudnya sikap saling menghargai dan tercapainya cita-cita kolektif. Tidak heran jika pada akhirnya Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
Gus Dur sering berkata “Tuhan tidak perlu dibela, yang butuh dibela itu manusia.” Dalam konteks ini, yang terpenting bukanlah simbol atau bendera, tapi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang harus selalu di tegakkan.
Sebagai penutup, jika dalam serial One Piece, bendera topi jerami milik Luffy adalah ancaman bagi pemerintah yang diktator dan korup, apakah pemerintah kita, yang menganggap pengibaran bendera topi jerami oleh masyarakat sebagai ancaman, juga demikian? Semoga saja tidak. Kita semua pasti menginginkan pemerintahan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.