Baitul Kilmah Launching Buku di Hari Santri

557 kali dibaca

Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Pondok Pesantren Baitul Kilmah Bantul, Yogyakarta, melaunching puluhan buku karya santri pada Ahad, 22 Oktober 2023. Selain launching buku, juga digelar sejumlah kegiatan antara lain istighosah dan upacara.

Puluhan buku yang dilaunching tersebut ada yang merupakan karya bersama para santri, ada pula karya perseorangan. Yang karya berjamaah ada 8 judul, masing-masing Karomatul Aulia (4 jilid), Ensiklopedi Ulama Sufi (4 jilid), Terjemah Tafsir Munir (10 jilid), Ensiklopedi Alquran dan Hadist (7 jilid),  Bekal Hidup Kekasih Allah (2 jilid), Antologi Puisi Lelah Tetaplah Mengudara (santri siswa-siswi SMK X), Ringkasan Perihal Aqidah (santri siswa-siswi SMK XI), dan Antologi puisi Kutulis Waktu Hujan Saja (santri siswa-siswi SMK XII).

Advertisements

Sedangkan, karya santri perseorangan juga terdapat 8 judul, masing-masing Teknik Membatik untuk Tingkat SD-SMA (Athoil Hasan), Kitab Ekspresi (Ahmad Ushfur), Santri Entrepreneurship (Abdul Rofiq), Antologi Cerpen Kitab Suci Para Anjing (Anas S. Malo), Seni Hidup Santai (Luthfi Al-Husna), Narasi Perempuan (Yulita Putri), Guided By Failura (Arul HQN), dan Tidak Apa-Apa Lelah yang Penting Tidak Menyerah (Aqib Muhammad KH).

Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah KH Aguk Irawan menjelaskan, momen Hari Santri akan selalu teringat sebagai sebuah episode heroik, di mana para santri dengan gagah berani melawan penindasan kolonialisme. Santri memiliki doktrin yang mengakhiri penindasan selama 350 tahun yaitu gugur sebagai syuhada. Darah dan DNA santri menjadi lambang semangat juang.

Dalam amanatnya tersebut, Kiai Aguk memberikan sorotan terhadap sejarah panjang perjuangan kaum santri dalam mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ia mengingatkan kepada semua santri yang hadir dalam upacara tersebut terkait pentingnya peran santri dalam sejarah bangsa.

“Terdapat perjuangan besar yang dipimpin oleh santri yang bernama Diponegoro. Santri di Mojo, atas perintah Kyai Abdul Rauf, seorang tokoh dalam tarekat sufi, memutuskan untuk melawan kolonial Belanda yang perlahan-lahan telah mencaplok Keraton-Keraton Islam,” ungkap budayawan asal Lamongan, Jawa Timur, itu.

Jauh sebelum itu, ungkapnya, seorang Kiai asal Sarang, Rembang bernama Kiai Abdurrahman bin Abdul Latif memimpin gerakan perlawanan bersama para santri di daerah Pantura yang dikenal sebagai Perang Sepanjang melawan penindasan bangsa Eropa atau orang kulit putih di Batavia.

Sejarah mencatat sekitar 112 pemberontakan dan perlawanan yang diprakarsai oleh para kiai dan santri. Puncaknya adalah saat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari memimpin pembentukan kelompok perjuangan yang dikenal sebagai Laskar Sabilillah atau Laskar Hizbullah. Mereka tidak hanya berjuang melawan NICA, tetapi juga berhasil menghancurkan dan mengusir mata-mata dari Jepang.

“Puncak dari Resolusi jihad 22 Oktober 1945, coba kita geledah sejarah perang nasionalis tokoh-tokoh yang disebut nasionalis pada tahun-tahun itu kemana mereka? Mereka sembunyi, mereka jalan-jalan ke luar negeri dalam rangka diplomasi,” katanya.

Dalam pertempuran face to face, keberanian seorang santri tak tertandingi. Bukti dari keberanian mereka adalah bertempur hingga darah penghabisan, sebab santri memiliki doktrin mati syahid dan semangat jihad yang melekat dalam diri mereka. Mereka telah dididik dalam spirit pengabdian dan keyakinan yang mendalam terkait prinsip-prinsip agama dan kemanusiaan.

Kiai Aguk menyampaikan, jika di situasi seperti sekarang, maka bentuk perjuangan seorang santri adalah belajar. Ia berharap perjuangan para pendahulu bisa dilanjutkan dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai pejuang umat, pejuang negara, maupun sebagai pejuang yang berkomitmen.

“Kalau sekarang kita di tempat ini maka perjuangan kita adalah belajar. Mudah-mudahan bisa diteruskan perjuangannya di semua dataran kehidupan ini sebagai pejuang umat, sebagai pejuang negara sebagai pejuang yang sah,” kata Kiai Aguk.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan